7 : Sang Matahari yang Tidak Memenuhi Sumpahnya

126 28 1
                                    

Malam hari ini memang dingin tetapi kamar Sunoo tetap hangat karena sang Ayah memeluknya. Pipi gembul Sunoo berkali-kali ditekan Ayahnya karena gemas.

"Ayah berhenti menyentuh pipiku. Nanti kempes gimana?"

Bukannya berhenti, sang Ayah justru semakin mengeratkan pelukannya. Dimatanya, sang anak terlihat semakin imut ketika sedang marah seperti ini.

"Sunoo ingin punya Ibu." celetuk Sunoo tiba-tiba.

"Ada Ayah,"

Sunoo tersenyum simpul pada sang Ayah namun matanya tidak menyipit. Itu senyum palsu.

"Sunoo diejek lagi karena tidak punya Ibu?"

Sunoo menggeleng. "Kak Heeseung sudah memarahi teman-teman yang mengejek Sunoo. Tapi Sunoo takut di hari ibu nanti, Sunoo lagi-lagi harus datang sendiri di pentas seni."

Ucapan sang anak jelas menusuk relung hatinya. Setiap pentas seni yang ditujukan untuk hari ibu, Sunoo pasti datang sendiri. Mau menggantikan peran ibu pun Ayahnya tak sanggup karena harus bekerja demi menghidupi keluarga kecil mereka.

Namun sekarang ada harapan kecil untuk Sunoo. Ayahnya telah mendapatkan seseorang yang suatu saat dapat berperan sebagai Ibunya.

"Tenang saja, Ayah punya kabar baik untuk Sunoo."

Mata rubah itu melebar, hampir membulat sempurna ketika mendengar Ayahnya berbicara dengan sumringah seperti itu. "Kabar apa itu?"

"Sunoo sebentar lagi akan punya ibu."

"Benarkah?" tanyanya semangat sembari mengubah posisinya menjadi duduk.

Ayahnya mengangguk senang seraya mencubit pipi gembul itu. "Iya."

"Wah senangnya!" pekik Sunoo seraya memeluk bonekanya erat.

Sunoo menunjuk foto Ibunya yang ada di nakas samping ranjangnya. "Apa ibu baru Sunoo cantik seperti ibu?"

"Tentu saja."

"Apakah dia baik?" tanya Sunoo sedikit menurunkan bibirnya yang naik karena bahagia beberapa saat lalu.

Di dongeng yang selalu Sunoo baca, ibu tiri memiliki peran antagonis. Bagaimana jika nanti Sunoo disuruh-suruh untuk mencuci baju, mencuci piring, memasak, dan lain sebagainya?

Kalau iya, Sunoo pasti tidak memiliki waktu untuk bermain.

Sang Ayah mengelus pipi Sunoo lembut. "Kalau tidak baik untuk apa Ayah berniat menikahinya? Sunoo tetap menjadi nomor satu bagi Ayah."

Hati Sunoo menghangat mendengar Ayahnya tetap memikirkannya. Sunoo yakin bahwa apa yang menjadi pilihannya tidak mungkin salah.

Ayahnya adalah sosok yang baik. Katanya jika kita selalu berbuat baik pasti kebaikan yang berlimpah juga akan datang pada kita bukan?

"Bagaimana cara Ayah bertemu ibu baru Sunoo?" tanya Sunoo penasaran. Ia sudah sering mendengar cerita Ayahnya bertemu dengan Ibu kandungnya.

Sunoo juga sudah sering mendengar cerita bagaimana Pangeran bertemu Tuan Putri. Semua cerita itu membuat Sunoo penasaran apakah cerita Ayahnya kali ini sama atau berbeda dengan cerita yang sering didengarnya.

Sang Ayah mengetuk-ngetuk dagunya seraya melirik ke atas seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. Sunoo yang melihat hal itu segera memukul wajah Ayahnya dengan boneka yang dipeluknya.

"Jangan membuat Sunoo penasaran Ayah!"

Gelak tawa Ayahnya sontak memenuhi kamar Sunoo yang bernuansa pastel itu.

When Winter Comes the Sunshine Freezes | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang