Chapter 20 : Festival Kembang Api Terakhir di Masa Sekolah, Part 2

95 39 56
                                    

Terlihat banyak orang-orang berlalu lalang ke sana kemari. Dari mulai anak-anak, remaja, pasangan yang sedang kasmaran, suami-istri, hingga orang tua terlihat antusias dengan kehadiran Festival kembang api ini. Canda dan tawa mereka terdengar bercampur membentuk suara gemuruh.

Lawrence terlihat menepi dari kerumunan orang, ia menunggu Narumi di dekat pintu masuk menuju Festival itu.

"Lawrence-san! M-maaf menunggu lama!" terdengar suara gadis dari kejauhan.

Pria itu pun mendongak ke arah gadis itu dan matanya tak berhenti membelalak memperhatikan gadis itu.

Kini Narumi sudah sampai tepat di hadapannya. Ia menggunakan Yukata alias jenis kimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati angin. Festival Kembang Api di musim panas adalah momen yang paling tepat untuk mengenakan pakaian ini.

Yukata berwarna putih dengan motif bunga berwarna biru muda melilit tubuh gadis itu dengan anggun dilengkapi dengan obi (sabuk pinggang dari kain) merah muda yang mengikatnya di bagian pinggang . Gadis itu terlihat cantik, ah tidak maksudnya sangat cantik. Rambutnya yang pirang disanggul dengan rapi membuatnya memancarkan aura kedewasaan di wajahnya.

"Ka-kamu sangat cocok menggunakan itu, " puji pria itu canggung sambil mengalikan pandangannya. Ia sebenarnya ingin memuji gadis itu dengan sebutan 'cantik ' tapi dia sangat malu untuk mengatakan itu.

Narumi terkekeh geli "Terima Kasih, Apakah kau menunggu lama?"

"Tidak kok, aku juga baru sampai, Ayo kita masuk,"

Mereka pun memasuki pintu masuk festival, pertunjukan kembang api belum dimulai. Terlihat banyak stand makanan, aksesoris dan permainan berjajaran dari ujung ke ujung.

Tempat-tempat itu tentu saja ramai dikunjungi oleh orang-orang.

Aroma-aroma makanan yang lezat semerbak tercium dari mana-mana. Membuat air liur Narumi hampir menetes.

Berjalan di sini juga harus berhati-hati karena banyak anak-anak yang berlarian ke sana-kemari. Narumi saja hampir tertabrak salah satu dari mereka. Ya ampun, dasar anak-anak.

Dua sejoli itu berjalan beringinan namun hanya ada keheningan di antara mereka berdua.

"Ehm, Narumi-chan yukata itu beli di mana?" tanya pria itu memecahkan keheningan.

"Ah, ini yukata milik ibuku saat dia masih se-usiaku dulu,"

"Ahh begitu...ehm ngomong-ngomong.."

Narumi hanya diam, menunggu pria itu melanjutkan perkataannya.

"...Kau sangat cantik," ucap pria itu akhirnya.

Perkataan tersebut membuat mata gadis itu membesar seketika, ini memang perkataan sederhana, namun entah mengapa terasa aneh. Gejolak aneh di hatinya pun muncul. Seketika suasana menjadi canggung , pria itu masih setia berjalan dengan tatapan lurus ke depan tanpa melirik gadis di sebelahnya.

Senyum kecil pun merekah di wajah gadis itu, ia pun terkekeh geli.

"Kenapa kau tertawa?"

"Tidak apa-apa," Narumi menatap pria itu lekat-lekat sambil tersenyum "Terima kasih atas pujiannya ^ᴗ^ "

Pria itu pun membalas senyumannya
"S-sama-sama,"

Narumi pun kembali melihat sekeliling, terlihat banyak anak-anak, remaja maupun dewasa terlihat asik memainkan permainan yang ada di sini.

Mulai dari Shateki, yaitu permainan menembak dengan menggunakan pistol mainan ke arah hadiah yang sudah disiapkan oleh penjual. Biasanya hadiah berupa boneka, mainan, atau makanan. Permainan ini bisa melatih daya konsentrasi dan ketepatanmu membidik benda.

Himawari no Himitsu (The Secret of Sunflower) | [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang