0. Langkah Kaki

11 1 0
                                    


Kukira, aku tidak akan pernah melihat mekar bunga sakura.

Nyatanya, memang tidak. Ya. Bahkan di Negeri Bunga Sakura sekalipun aku tidak pernah sekalipun melihatnya mekar dengan mata kepalaku sendiri. Kelopak-kelopak merah muda itu bagiku masih tak lebih dari gambaran indah yang disajikan televisi.

Kuhentikan langkahku sejenak, meminggirkan koper ke samping jalan setapak, dan mendudukkan diri pada salah satu bangku kosong. Melemaskan punggung yang kaku karena perjalanan panjang. Netraku memandang jauh pada jajaran pohon sakura di seberang sungai besar yang melintang, menjadi pagar pembatas alami Taman Mizumoto. Ranting-ranting coklat dengan daun dan bunga meranggas seluruhnya, meninggalkan batang keriput yang menggigil di musim dingin.

Pertemuan macam apa yang kuharapkan dengan kedatanganku di tempat ini?

Setelah menghilang dengan kurang ajarnya, berharap diterima sepertinya hanya akan menjadikanku manusia durhaka. Karena bagaimanapun, setelah semua yang terjadi, pada akhirnya akulah yang memilih pergi.

Menarik napas dalam-dalam, kepul uap muncul bersama udara yang keluar mengosongi paru-paru. Entah apa yang muncul dalam kepalaku saat memutuskan untuk memesan penerbangan pagi. Yang kutahu, saat ini aku terkatung-katung di negara orang, menapaki tempat di mana hati ingin melangkah. Memijaki memori-memori lama yang perlahan merambati kepala, seolah semua baru terjadi kemarin lusa.

Andai semua memang baru terjadi, meminta maaf tidak akan sesulit ini, bukan?

Lagi-lagi aku menghela napas, membiarkan kepul uapnya menari riang di udara. Jika keadaan tak sesulit ini, aku pun tak ingin pergi.

Tubuhku meringkus pada mantel tebal yang memanjang hingga lutut. Seumur hidup, Bali tak pernah sedingin ini. Jawa pun tak jauh berbeda. Kunaikkan kerah mantelku tinggi-tinggi, menutupi bagian leher yang terbuka. Setelah apa yang terjadi dua tahun lalu, aku tidak pernah membiarkan rambutku tumbuh memanjang. Tidak lagi. Setidaknya, dengan begini, aku tidak akan melupakan segalanya.

Meskipun keberadaanku di tempat ini dua tahun yang lalu tidak termasuk salah satunya. Untuk satu alasan, aku pernah melupakannya begitu saja. Seolah tiga bulan yang kujalani hanyalah omong kosong, aku menyingkirkan apapun yang mengingatkanku pada negara ini, dan kenangan yang pernah kujalani di dalamnya. Menghapusnya, membuang, membuatnya hancur berkeping-keping, meninggalkannya teronggok berselimut debu.

Setidaknya, sekarang semua sudah berbeda.

Jika nanti aku tidak bisa kembali ke tempat ini lagi, setidaknya aku telah memberikan kesempatan pada diriku sendiri untuk menyatukan kembali puing-puing yang kutinggal berserakan. Mengumpulkannya satu per satu. Keping demi keping. Berharap suatu saat akan ada kesempatan untuk menyatukannya kembali.

***




Have you been in Japan?

Aku belum, makanya bikin cerita ini wkwk.

Ada satu band rock Jepang yang aku suka dari tahun 2017. Saking sukanya sampai pengen terbang ke Jepang buat nonton konser mereka langsung!

Sampai satu malam tiba-tiba aku kepikiran,

'What if I actually make the story about them?'

Dan itulah bagaimana aku bener-bener 'terbang' ke Jepang through my imagination.

Btw, aku dulu bukan penikmat musik rock. Until them. Until they changed my whole perspective. dan ini juga bagian yang kutuliskan di sini.

I really hope you guys enjoy it, as I am.

Don't forget to leave comment and vote.

Ingetin juga kalau ada yang keliru, ya.

Cheers!


Update setiap Minggu malam.



Image source : en.japantravel.com

Hana ga Saku Toki [When the Flowers Bloom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang