10

1.4K 193 51
                                    

Aku masih merasa kesal atas ucapan Daddy yang menyebut bahwa aku hanyalah seorang house maid di rumah ini. Tanpa merasa bersalah pria itu kemudian pergi meninggalkanku bersama dengan wanita yang sampai sekarang aku tidak tahu dia siapa.

"Menyebalkan sekali, dia pasti sedang bersenang-senang dengan mantan istrinya itu." Aku hanya berasumsi, tidak benar-benar tahu apakah wanita itu mantan istri Daddy atau bukan.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun belum ada tanda-tanda kepulangan Daddy. Kendati pun aku merasa kesal padanya, namun aku tetap gusar saat Daddy tak kunjung pulang.

Membawa secangkir teh hangat, aku menyingkap tirai jendela, dan suasana diluar masih sunyi seperti biasanya. Aku mendesah berat, lantas kembali ke kamar ku.

"Kalau masih cinta kenapa tidak rujuk saja." Aku duduk di kursi meja belajar, meletakkan cangkir teh diatas meja. "Tunggu dulu, jangan-jangan wanita itu pacar barunya Daddy? Belakangan ini Daddy tidak ramah seperti biasanya, apa karena wanita itu?"

Suara mobil yang memasuki halaman rumah membuyarkan lamunanku. Cepat-cepat aku berjalan keluar untuk membukakan pintu. Daddy sudah berdiri didepan pintu dengan jas yang tersampir di lengannya,  matanya sedikit memerah, dan tercium bau alkohol yang menyengat.

"Kau sudah pulang, Tuan?" Aku mengambil alih jas ditangannya, "kemari, biar aku yang bawakan jasmu."

Aku hendak pergi namun tanganku dengan cepat ditahan oleh Daddy, ia menatapku tajam dengan sebelah alisnya terangkat.

"Tuan?" Ia terkekeh, "kau memanggilku tuan?"

"Ya, Tuan. Aku kan hanya house maid  disini, sudah seharusnya aku memanggilmu Tuan."

"Berhenti memanggilku seperti itu, untuk yang tadi aku minta maaf."

"Tidak apa tuan, ah kau pasti lelah sekali, kan?" Aku melepaskan tanganku dari genggamannya, "biar aku siapkan air hangat untukmu. Setelah mandi kau harus makan, karena aku sudah memasak."

"Aku bilang berhenti memanggilku Tuan."

Aku tak memperdulikan apapun bentuk protesnya, toh dia sendiri yang memulai. Aku tidak suka disebut sebagai house maid, jadi aku pun akan membuatnya tidak nyaman.

"Tuan, tubuhmu bau alkohol dan juga asap rokok. Sebaiknya kau segera membersihkan dirimu." Aku melenggang pergi dari hadapan Daddy.

Pria itu masih berusaha mengikuti ku dibelakang, "Min Nara, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyinggungmu."

Aku sama sekali tak merespon ucapannya dan terus berjalan menuju ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat. Tanpa disangka Daddy juga ikut masuk kedalam kamar mandi.

"Tuan, kau tunggulah saja di luar sampai aku selesai menyiapkan semuanya." Ujarku.

Bukannya pergi, perlahan ia melangkahkan kakinya semakin mendekatiku. Jantungku berdebar tidak karuan, terlebih lagi saat melihat sorot tajam matanya.

Namun aku tidak ingin terlihat gugup, sebisa mungkin aku tetap tenang sembari mengisi bathtub dengan air.

"Tuan, sudah ku bilang kau—" tangan Daddy mencengkram rahangku, dan mendorongku ke dinding kamar mandi.

"Aku sudah memperingatkanmu, berhenti memanggilku dengan sebutan Tuan."

Tenggorokanku terasa tercekat, aku tak dapat lagi membalas ucapannya. Pandangan kami bertemu, sudut bibirnya sedikit terangkat membuat jantungku berkerja lebih keras. Aku tidak bisa mengartikan tatapannya.

Yang aku tahu, ia mengingatkanku pada seseorang.

"Sejak kapan kau berubah menjadi anak nakal, Min Nara?" Tangannya yang lain membuka satu persatu kancing kemeja putihnya, membuatku menelan ludah dengan susah payah.

DADDY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang