.
.
/////
.
.Lisa duduk tenang di sofa Jennie. Sedangkan Jennie cukup teralihkan oleh barang barang yang sedikit berserakan di sekitar ruang tamu.
Lisa tersenyum sedikit meledek, "kamu tak perlu repot repot membereskan barangmu,"
Jennie jadi salah tingkah dan terus meraih segala benda yang berserakan di lantai, "sekalian aja, lagipula kamu bisa saja tidak sengaja menginjaknya nanti."
Lisa menahan tawanya, "tempat tinggalku pun tidak jauh beda."
Setelah beberapa kemudian, Jennie berhasil menyingkirkan benda benda yang berserakan itu menjadi satu tempat box kosong, yang dari awal sudah terisi oleh kertas dan map map.
"Setiap aku ke sini, kamu selalu merapikan barang. Apa kah kamu tidak sewa pekerja saja untuk membersihkan rumahmu?" Tanya Lisa menyenderkan tubuhnya ke sofa. Jennie duduk di sampingnya, sedikit gugup. Masih sama gugupnya setiap dia duduk di samping Lisa.
"Ah, aku sulit untuk membiarkan orang asing masuk ke dalam apartemenku sekarang. Mengingat dulu aku pernah kehilangan macbook, aku sudah tidak pernah lagi mempekerjakan orang untuk mengurusi apartemenku."
Mata Lisa membesar, "mwo? apakah tidak ada cctv di sini?"
"Di apartemenku yang dulu tidak ada."
"Ah arasso... kamu juga masih trauma ya?"
Jennie mengangguk lalu ikut menyenderkan badannya ke belakang. Lisa menutup matanya. Kepalanya terasa nyut nyut.
"Kamu ngantuk, Lisa yaa?" Tanya Jennie ketika melirik wajah Lisa.
"Aku... sepertinya butuh istirahat." Jawab Lisa tanpa membuka matanya. Lisa merasa tubuhnya panas. Mungkin dia sedang demam.
"Kamu ingin hot tea?" Tawar Jennie dengan lembut.
Lisa menyetujuinya kemudian membuka matanya. Jennie mendapati mata Lisa yang sedikit memerah dari sebelumnya.
Jennie menyentuhkan punggung tangannya ke kening Lisa, "Lisa yaa, badanmu panas sekali! Sejak kapan kamu merasakan demam?" Jennie sedikit terperanjat karena kening Lisa terasa sangat panas.
"Aku juga tidak menyadarinya. Apakah sepanas itu?"
"Ah, suaramu juga cukup parau. Kenapa aku tidak menyadarinya?" Jennie menyesali atas ketidaktahuannya keadaan Lisa yang sedang tidak baik.
"Tidak apa apa, Jennie. Aku hanya butuh istirahat," Lisa memberikan senyuman manisnya.
Jennie beranjak dan memberikannya 3 selimut tebal. Dia melapisi badan Lisa hingga kepalanya, dan membuat ruang untuk wajahnya. Sedangkan Jennie duduk di bawah Lisa.
"Dokter bisa menyembuhkan dirinya sendiri? Hehehe, kali ini biarkan aku merawatmu." Ujar Jennie sambil menggenggam tepi selimut itu, menatap dalam mata Lisa. Begitupun dengan Lisa, membalas tatapan Jennie.
"Terimakasih, Jennie yaa," ujar Lisa lembut.
Mata Jennie menjadi sayu karena pesona Lisa. Dia mengamati wajah Lisa yang merah akibat demam. Telunjuk kanannya mengelus pelan pipi kiri Lisa. Jantungnya berlomba. Dia sangat mencintai wanita ini, entah sebabnya karena apa, karena dia mencintainya begitu saja. Padahal begitu banyak pria dan wanita yang mengantri untuknya. Bahkan yang lebih kaya darinya sangat banyak. Tapi dia memilih wanita sederhana ini masuk ke dalam hatinya. Padahal dia yakin, Lisa pasti juga banyak yang menyukainya. Hanya saja, kacamata dan poni panjangnya selalu menutupi kecantikannya. Jennie menganggapnya itu sebagai bonus, karena hanya dia yang memiliki semua kesempurnaan Lisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
H E R L I E S [JENLISA]
Mystery / ThrillerCOMPLETED ‼️🔞🔐 ADA INDIKASI MATURE CONTENT Aku habis nonton film dari Jepang. Filmnya sangat menginspirasiku buat nulis cerita ini. Semoga kalian suka.