11.53 PM
Rintik hujan yang jatuh menuruni bumi mengingatkanku pada berjuta rasa sakit yang terpatri dalam memori. Aku masih di sini, terbelenggu dalam lingkaran penderitaan yang sama. Tak menemukan jalan keluar untuk merasakan bahagia yang hanya berisi harapan kosong belaka. Tak jemu-jemu kujumpai hari-hari yang suram, mengharapkan sebuah cahaya meskipun temaram.
Diam-diam aku melangkah keluar, memegang knop pintu dan membukanya secara perlahan. Pelan sekali, aku berusaha untuk tidak menghasilkan bunyi. Tak ingin membangunkan dua insan yang kini tengah tertidur pulas di tempat tidur mereka. Aku mendongak menatap langit, berusaha menahan bongkahan air mata yang berontak melawanku dengan sengit.
"Dasar anak gak berguna!"
"Mati aja sana!"
"Dasar orang aneh!"
"Maaf, tapi aku gak dibolehin temenan lagi sama kamu."
"Anak miskin gak usah mimpi bisa sekolah tinggi-tinggi!"
"Menyedihkan!"
"Anak gak tau diri!"
"Maafin mama, Sayang."
Sudut bibirku sedikit terangkat ketika teringat kembali perkataan yang sering orang-orang lontarkan padaku. "Sampah!"
Rintik air yang turun semakin deras membuatku tertawa lepas meskipun air mata kembali mengalir deras. Aku merentangkan tangan, berputar-putar dan menari-nari bak orang gila di bawah guyuran hujan. Tidak waras memang, di tengah malam seperti ini bukannya tidur dan menggulung diri dengan selimut di kasur, aku justru lebih memilih untuk bermain dengan hujan. Kau tahu? Suara hujan bisa meredam isakan, airnya yang turun deras pun mampu menyamarkan tangisan. Itulah kenapa aku menyukai hujan.
"Dek, kalo kamu udah bisa menertawakan rasa sakit yang pernah kamu rasakan, itu artinya kamu udah bertambah kuat lebih dari apa yang kamu pikirkan."
Kembali aku mendongak menatap langit malam yang gelap gulita bak hatiku yang kelam. "Kak, sekarang aku udah bisa ngetawain rasa sakit ini. Aku udah jadi lebih kuat, 'kan? Aku harap kita bisa ketemu lagi, aku takut aku gak bisa bertahan lebih lama."
Hawa yang semakin dingin terasa menusuk di kulit. Tangisan semesta kini mereda, meninggalkan kabut tebal yang turun menghalangi jarak pandang mata. Diramaikan suara burung hantu dan hewan-hewan nokturnal membuat suasana malam kian mencekam. Layaknya dalam film-film horor, aura mistis semakin kentara terasa membuat bulu kuduk berdiri seketika. Aku memutuskan kembali ke kamar sebelum sifat paranoid itu kembali bangkit.
■
■
■
"Awwssshh ...." Aku bergerak tak nyaman di kasur disaat kulitku terasa sakit ketika menggesek sesuatu, perih sekali!
Aku merasakan sakit yang luar biasa di bagian tulang rusuk sebelah kiri jika aku bergerak sedikit saja. Tubuhku miring ke kiri, meringis kesakitan dengan mata yang terpejam. Tangan kananku memegang area tulang rusuk itu kuat kala jantungku tiba-tiba berdenyut hebat, sakit sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Story Life My Depressed
Teen FictionAyah ... ibu .... Aku sakit. Ini benar-benar sakit, tapi aku sendiri tidak tahu alasan mengapa aku merasa sakit? Yang aku tahu hanya hatiku selalu sakit tiap kali kulihat kalian bahagia bersama. Jika kalian bertanya kenapa? Aku sendiri tidak tahu. P...