Perhatian

61 9 2
                                    

Suasana sekolah nampak ramai oleh hiruk-piruk aktivitas siswa-siswinya. Dengan tubuh yang tertekuk memegangi kedua lutut, kuusap peluh yang mengalir deras membasahi dagu. Dikarenakan kondisi yang masih belum fit seratus persen membuat tubuhku mudah lelah meski baru berjalan beberapa langkah.

Brukk

"Aduh," pekikku disaat merasakan punggungku ditabrak oleh sesuatu. Aku berbalik untuk mencari tahu siapa pelaku kejahatan ini dan rupanya mereka adalah tiga orang gadis yang sangat aku kenali.

"Ups, maaf gue kira tadi gak ada orang." Sang pelaku yang menabrakku itu pun berlalu pergi sambil tertawa tanpa sedikit pun rasa bersalah. Dia bahkan tak mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri, apalagi meminta maaf.

Aku menarik nafas dalam berusaha meredam emosiku yang mungkin akan meledak layaknya bom atom jika tidak dikontrol dengan baik. Langkah mereka semakin menjauh dari tempatku terduduk. The Sinting Girls begitulah aku menjuluki mereka. Geng yang terdiri dari tiga orang gadis perundung ulung di sekolah. Ya, mereka seringkali melakukan aksi bullying karena merasa paling berkuasa sebab keluarga mereka merupakan orang-orang paling berpengaruh di sekolah.

Ketua mereka bernama Sandra, seorang gadis bertubuh sintal dengan wajah cantik jelita bak selebriti. Sayangnya meski memiliki fisik yang sempurna, dia tidak memiliki hati nurani. Pamannya menjabat sebagai guru BK di sekolahku. Dua orang lainnya bernama Julie dan Lia. Julie seorang gadis yang memiliki tubuh bak tiang listrik itu merupakan keponakan kesayangan kepala sekolah. Sedangkan Lia si gadis gempal adalah salah satu murid terbaik yang ada di sekolah. Dia memang anak yang cerdas, tetapi sayangnya dia sangat sombong karena ayahnya adalah salah seorang donatur tetap di sekolah ini.

"Masih belum waktunya gue bales perbuatan kalian," gumamku pelan.

Aku pun bangkit hendak melanjutkan kembali perjalananku ke kelas sebelum sebuah suara menginterupsi pendengaran.

"Kepada seluruh siswa dan siswi kelas XI Ak-1 dan 2 silahkan memasuki ruang aula. Sekali lagi kepala seluruh siswa dan siswi kelas XI Ak-1 dan 2 silahkan memasuki ruang aula. Terima kasih."

Aku pun berbalik arah menuju ke ruang aula. Aneh, sepanjang perjalananku ke sana banyak orang yang saling berbisik atau tertawa ketika melihatku. Merasa heran, aku pun melihat kembali penampilanku dari atas sampai ke bawah.

Dalam hati aku bertanya, 'Apa ada yang salah dengan penampilanku? Tapi ini biasa saja, lalu kenapa mereka menatapku seperti itu?'

Memasuki ruang aula, aku mengedarkan pandangan mencari seorang gadis yang memiliki ciri khas rambut kuncir kuda dan poni yang menutupi jidatnya yang lebar. Aku menghampiri Riri yang kini tengah duduk bersama sekumpulan orang yang kuketahui adalah sesama rekannya di OSIS.

"Ri," panggilku membuat mereka semua berbalik menatapku.

"Eh? Maa, kok lo udah sekolah sih? Lo kan masih sakit."

Aku hanya tersenyum simpul menanggapi. Saat aku hendak duduk, Riri mencegahku dan langsung membalikkan tubuhku membelakanginya.

"Eh, bentar-bentar."

"Hmm? Ada apa?" tanyaku tak mengerti.

Sreeet

"Ini apaan? Kenapa lo pake beginian ke sekolah? Lo mau jadi bahan ejekan semua orang?"

A Story Life My DepressedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang