CHAPTER 37 "Punya Lily Versi Sendiri"

536 93 11
                                    

Dua hari berlalu semenjak kejadian Rara yang terciduk oleh Kevan dan hingga hari ini, Kevan masih merajuk, pria itu hanya berbicara ketika ditanya saja.

"Muka kamu dari kemarin kenapa butek gitu sih Van?" tanya Karen-Maminya, menatap Kevan penuh tanya.

"Kurang jatah tu pasti," celetuk Papi Kevan, santai sambil mengunyah sarapannya.

Kevan melirik sekilas ke Rara yang makan ikan gosong karya Maminya dengan gembira, tanpa bereaksi sedikitpun dengan celetukan sensitif tadi. Ah Kevan baru ingat, Rara mana mungkin mengerti jatah yang dimaksud. Dalam hati Kevan berdecis "Jatah apaan dah, dia aja kaga ngerti apa-apa."

Tanpa bersuara, secepat mungkin Kevan menghabiskan sarapannya, lalu pamit untuk pergi. Karena melihat Kevan yang sudah berdiri, Rara pun ikut berdiri dan mengikutinya.

"Bang Kevan, hati-hati ya di jalan."

Kevan tetap berjalan tanpa menghiraukan Rara. Namun, gadis itu tidak menyerah, ia berlari dan langsung meraih tangan Kevan lalu menciumnya. "Rara minta maaf ya, semoga nanti pulang kerja bang Kevan udah ga marah lagi."

Setelah itu, tanpa menuggu Kevan berkata lagi, Rara langsung pergi meninggalkan Kevan yang mematung entah kenapa, apa mungkin karena kecupan Rara di tangannya. Entahlah Kevan tidak tau pasti.

Tak lama kemudian Kevan sadar dan kembali melanjutkan rencananya pergi ke kantor. Namun, baru beberapa meter mobilnya berjalan, Kevan teringat jika dia meninggalkan ponsel di kamar, alhasil ia harus kembali pulang untuk mengambil benda itu.

Rumah mereka sudah sepi, ia yakin Mami-nya sedang membantu Papi bersiap sebelum berangkat kerja.

Kening Kevan mengerinyit melihat pintu kamar yang tidak tertutup rapat. Lalu tanpa diduga ia melihat Rara sedang mengenakan pakaian dengan membelakangi pintu.

"Dasar teledor! Untung gue yang liat," gerutu Kevan sambil masuk tanpa ada gesture canggung sedikitpun.

Rara yang merasakan ada seseorang yang memasuki kamar, refleks berteriak "Bang Kevan! Ko balik lagi?"

"Hape gue ketinggalan," jawab Kevan seadanya, sambil mengangkat ponselnya ke atas.

Lelaki itu keluar meninggalkan Rara, namun sebelum ia menghilang di balik pintu, ia berkata "Lain kali kalo mau ganti baju, pastiin pintu kamar ketutup rapat. Untung gue yang masuk, kalo orang lain gimana?"

Seketika Rara gugup "J-jadi tadi bang Kev-"

Kevan tersenyum miring, memotong kalimat Rara "Iya gue liat punggung lo, mulus juga ternyata ya Ra. Haha. Jadi pengen..." Kevan menggantung kalimatnya, sambil melemparkan tatapan mesum pada Rara.

Sontak Rara langsung memeluk tubuhnya dan menggeleng keras "Gak mau!" tegasnya dengan mata melotot.

Kevan mengedikan bahunya, kemudian berlalu meninggalkan Rara yang ternganga dengan wajah memerah.

***

Di kantor Kevan terlihat banyak termenung, karena kejadian tadi pagi ia jadi tidak fokus pada pekerjaan. Bagaimana tidak, lelaki mana yang tidak bereaksi bila disuguhkan hal semacam itu.

"Sialan! Ini otak gue kenapa sih ah!" Kevan kesal hingga memukul meja kerjanya.

Tiba-tiba terdengar suara berbisik dari kubikel sebelah meja kerja Kevan.

"Yang disebelah kesurupan mbak, tadi bengong sekarang malah ngamuk."

Mendengar itu napas Kevan langsung memburu, ia berdiri dan menatap tajam teman satu devisinya itu. "Jangan suka nyebar fitnah ya! Saya ga kesurupan!"

Babunya Mr PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang