CHAPTER 43 "Falling"

361 83 18
                                    

-Author Pov-

Setelah puas bermain dengan Noah, hingga bayi itu sekarang tertidur pulas. Kini Rara dan Sabrina bisa sedikit lebih senggang, keduanya memutuskan untuk memasak makan malam saja. Saat sedang asyik memasak, Rara di kagetkan dengan kemunculan seseorang yang berdiri tepat di belakangnya.

"Astagfirullah!" ucapnya seraya mengelus dada.

Kevan yang semulanya berdiri dengan senyuman lebar, seketika digantikan dengan wajah datar. "Kaget lu kaya ngeliat setan aja!" kesalnya.

Sabrina yang memang ada di sana terkekeh pelan dan bergumam "Kan temenan sama setan."

Kevan mendengarnya, tapi dia tidak ingin membalas, karena jauh dalam lubuk hatinya, ia masih menyukai Sabrina. Ia takut jika terlalu berinteraksi, rasa yang sudah mengendap akan mengapung lagi ke permukaan.

"Lagian bang Kevan ngapain berdiri di situ? Ga ada suara tiba-tiba di belakang orang aja," gerutu Rara sambil berjalan membawa makanan yang telah jadi.

Kevan mengekori gadis itu "Ra, sebelum makan lu pijitin gue dong. Pinggang gue mau patah ni rasanya," keluh Kevan manja. Seperti seorang bocah yang mengeluh pada ibunya.

Rara mendekat, memasang wajah panik seraya menyentuh pelan pinggang Kevan "Astaga, Rara takut. Nanti kalo Rara pijit, tulang-tulang bang Kevan yang renta ini jadi roboh semua."

Sontak saja ucapan Rara membuat Sabrina tergelak kencang, namun sesaat kemudian ia menahannya karena tatapan mata Kevan yang tajam, bak pedang bisa menghunus ke jantung.

"Lu pikir gue kakek-kakek? Gue bisa aja ya gendong lu naik gunung terus gue lempar ke bulan, biar ketemu saudara lu disana," balas Kevan kesal.

Rara tertawa menutup mulutnya "Abis bang Kev bawel banget kaya Kakek-kakek, hihi. Tapi, bang Kev tau aja kalo Rara itu sodaraan sama Neil Armstrong, keliatan ya dari kecerdasan Rara?"

Kevan menarik napas dalam, lalu menoyor kepala Rara dengan telunjuknya "Ogeb banget, Neil Armstrong udah lama turun ke bumi, yang ada saudara lu sesama alien di sana. Kesel juga gue lama-lama."

"Oh iya, Rara lupa kalo punya sodara alien. Hihi maap ya!" balas gadis itu dengan cengirannya.

"Cengengesan mulu kaya kuda. Jadi ga ni mijitin gue? Kalo ga gue kutuk lu jadi ayam biar di goreng karena udah jadi istri durhaka!" ancam Kevan menunjuk kening Rara.

Rara berdecak sebal "Tapi kan belum selesai masaknya."

Sabrina sedari tadi menahan tawa mendengar interaksi antara keduanya, buka suara. "Ga papa, Ra. Ini juga udah selesai kok, kamu bantuin Kevan aja."

"Yah, serius ga papa, kak? Rara segan loh," ucap Rara dengan wajah bersalah.

Sabrina tersenyum lembut dan bukan tidak mungkin itu memberikan efek sengatan listrik dalam dada Kevan, namum sebisa mungkin ia menampiknya. Sabrina sekarang seorang istri dan ibu, jadi tidak mungkin ia akan terus-menerus menyimpan rasa untuk dia.

"Yaudah deh, maaf ya kak," ucap Rara yang langsung di tarik oleh Kevan.

Saat akan menaiki undakan tangga, keduanya bertemu dengan Samuel. Namun, lelaki itu di abaikan saja saat ia menyapa, hanya Rara yang kebingungan dan membalas dengan senyuman.

Samuel menghampiri istri cantiknya yang tengah merapikan meja makan, ia duduk di salah satu kursi dan memperhatikan dengan seksama wajah Sabrina. "Aku heran deh?"

"Heran kenapa?"

"Heran aja, kamu kapan jeleknya sih? Cantik terus perasaan."

"Dasar buaya!" kekeh Sabrina mencubit gemas pipi sang suami.

Babunya Mr PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang