CHAPTER 29 "Rara Kecyduk"

599 86 3
                                    

Hari ini, sebagai abang yang baik, gue mengantar adik pungut gue ke kampus. Di perjalanan gue memberikan wejangan supaya alay-nya bisa dikurangi dikit.

"Inget pesan gue, Ra! Belajar yang bener jangan cengar-cengir ga jelas terus, nanti kalo IP lu bagus, gue kasih hadiah."

"Hadiah? Waaa mau banget. Tapi hadiahnya apa?" balas Rara antusias.

Gue melirik sekilas, lalu tersenyum tipis. "Rahasia, biar nanti lu terkejoet."

"Haha. Siap Pak Bos! Umm, tapi bisa ga ya, nilai Rara bagus? Soalnya Rara banyak yang ga ngerti."

Gue menghembuskan napas sembari memutar jengah kedua bola mata. "Hadeuh, lu liat siapa yang duduk di samping lu ini. Buat apa lu punya bos yang otaknya pintar? Ya pasti buat berguru lah. Intinya nanti gue ajarin sampe otak lu yang kentang jadi pinter dikit."

"Eh bener juga ya? Kok Rara bego sih? Haha," ujarnya tertawa sembari menjentikkan jarinya

"Baru nyadar si bocah. Udah dari dulu woi!" balas gue ikutan terkikik.

"Udah lama? Kok ngana tau sih kalo Rara begonya udah lama? Pasti sering merhatiin yaaa? Hayo ngakuuu, Bang Kevan diem-diem stalking tentang Rara juga kan?"

Seketika tertawa gue terhenti dan berganti dengan ekspresi mau muntah. "Hah? Yang bener aja. Mana mungkin gue yang sempurna tanpa cela ini cari tau tentang lu diem-diem, udah gila kali ah. Asal lu tau aja ya, Ra, semua orang tau lu itu bego tanpa harus merhatiin."

Bukannya merajuk atau menampol bahu gue, dia malah ketawa cekikikan sampe matanya mengalirkan air comberan. "Rara bercanda kali. Mana mungkin Mr. Perfect kepo sama Upik abu kaya Rara."

"Nah itu lu paham, dari tadi kek. Sekarang lu turun, udah nyampe."

Rara mengalihkan pandangannya dari gue ke sekeliling. Kami udah sampai di depan gerbang kampus.

"Eh iya, udah nyampe aja. Padahal Rara masih mau ngobrol sama Bang Kev."

"Ngobrol terus isi pikiran lu, makanya jangan keseringan gabung sama Sanur dan Imam, jadi ikutan lambe kan mulut lu."

"Hehe ga juga kok, sekarang mereka dah ga mau lagi temenan sama Rara," ucapnya seketika lesu. Apa banget dah, segala pake digalau-in. Mereka berdua marahnya ga bakalan sampai tiga hari, paling bentar lagi juga baik, hapal gue.

"Bagus kalo gitu, gue ga rekomendasi lu temenan sama mereka. Pengaruhnya buruk banget, gue yang pinter aja jadi agak bego. Apalagi elu yang ... Ah sudahlah lu sendiri pasti paham."

"Hehe iya paham Rara mah. Kalo gitu Rara pamit dulu, Bang Kev hati-hati di jalan."

"Hmm."

Namun, tiba-tiba dia mengulurkan tangannya ke gue. "Apaan nih maksudnya? Lu minta duit ke gue?" Minta duit, emang gue bapak lu apa?

Rara menggeleng pelan dibarengi dengan senyuman lebarnya. "Bukan."

"Lah terus? Lu mau gue gandeng masuk ke dalam?"

"Bukan juga. Yang bener itu, Rara mau salim. Assalamualaikum Bang Kevan yang galak."

Dengan cepat dia meraih tangan gue, lalu menciumnya, udah kaya anak kecil yang pamit sekolah sama bapaknya. Setelah itu dia langsung ngacir keluar dari mobil. Gue menatap dia sampe hilang di balik gerbang. Itu anak, ada-ada aja tingkahnya, kadang bikin jantung gue semaput, kadang bikin gue terhibur juga.

"Dasar bogel."

***
Author POV

Rara berjalan santai menuju fakultasnya. Namun, langkah gadis itu terhenti saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.

"Rara, tunggu!"

Rara berbalik dan alangkah terkejutnya ia saat melihat siapa yang memanggil. "Bang Imam?" balasnya setengah berteriak.

Imam sampai di hadapan Rara dengan napas memburu. "Congek telinga Rara kayanya udah numpuk tuh, bersihin gih!" ucapnya seraya mengatur napas.

Rara mengernyit bingung sambil mengorek kupingnya. "Masa sih?Rara tiap hari kok bersihin kuping."

"Kalo tiap hari, kaga mungkin gue dari tadi teriak-teriak manggil lu, udah kaya emak-emak dicopet, tapi lu kaga dengar," ucap Imam sewot.

"Hihi, sebenernya dari tadi Rara denger sih samar-samar ada yang manggil, tapi Rara pikir itu hantu, jadi ya Rara abaikan aja. Maaf ya," ucapnya menangkupkan kedua telapak tangannya.

Imam langsung memasang wajah galak. "Oh jadi lu ngatain gue setan gitu? Ga nyangka ternyata Rara udah ketularan mulut jahanamnya Kevan."

"Eh, ga gitu maksudnya. Rara tuh-"

"Udah ah, ga usah panjang-panjang, gue mau mengundang lu ke ulang tahun ponakan gue besok," ucap Imam menyampaikan hajatnya.

Rara terlihat sangat antusias. "Beneran nih Rara diundang? Ya ampun seneng banget."

"Iya beneran, masa gue prank sih. Jangan lupa bawa hadiah ya."

"Iya pasti itu mah, tenang aja." Rara tersenyum lebar mengacungkan kedua jempolnya kepada Imam. "Eh tapi, Bang Imam, udah, ga marah lagi ya sama Rara?"

"Hah? Marah kenapa? Emang lu bikin salam apa Ra?"

"Umm, itu loh, yang waktu di rumah Bang Kevan, soal ... Rara ... sama dia udah ..." Rara tampak ragu mengatakannya. Beruntunglah, otak Imam yang sering ngadat, kali ini cepat terkoneksi.

Imam mengangguk santai seolah itu adalah hal yang biasa. "Ooh itu-" Namun setelahnya ia berteriak kencang. "HAH! IYA YA RA, KOK GUE LUPA SIH? KAN GUE LAGI GAK TEMEN MODE ON SAMA LU."

Rara tampak kebingungan, ia meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Terus gimana dong? Batal ya undangannya?"

"Umm, ga papa deh, lu pergi aja, udah terlanjur juga kan, sekalian lu ajak tu suami baru lo yang kelakuannya kaya Iblis neraka. Ya udah gue cabut dulu ye Ra, daah!"

Setelah Imam pergi, Rara masih berdiri di tempatnya. Ia sedang memikirkan sesuatu "Iblis neraka? Memang ada ya Iblis yang ganteng kaya Bang Kevan? Bukannya Iblis itu jelek? Eh tapi bener juga sih, kalo marah mukanya merah kaya setan. Hii jadi ngeri juga," ocehannya, lalu kembali melanjutkan perjalanan.

***
-Kevan- Pov-

Gue menenggak habis segelas air. Ternyata capek juga ya keliling rumah Si Imam, eh bukan rumah dia juga sih, lebih tepatnya rumah emaknya, dia kan ga punya rumah, alias masih numpang.

Gue berkeliling bukan pengen tamasya, tapi nyariin si bogel yang menghilang secara misterius. Tadi itu gue suruh dia nunggu selagi gue ke toilet, balik-balik udah ga ada lagi penampakannya.

Setelah mengatur napas, gue kembali berjalan, mencari si bogel, bisa pecah bibir gue ditonjok emak kalo dia sampe hilang. Dan cuma satu tempat yang belum gue datangin, yaitu kebon singkong di halaman belakang.

"Anjir dah, ini rumah apa kompleks sih, kebon sama rumahnya sosial distansing alias jaraknya jauh banget gila!"

Gue berhenti sejenak dan menemukan Rara di sana, tapi ga sendirian aja, melainkan ada cowok.

Dan apa itu? Mata gue enggak rabun. Dari sini gue bisa melihat dengan jelas kalo mereka lagi ciuman.

Seketika kuping dan perut gue panas. Kurang ajar banget itu bocah!

"Apa-apaan nih!"

***

Tbc

Heyyow! Lama tak update. Sorry dan thanks banget buat yang masih nunggu. Gue ga bisa fokus gais, ga tau kenapa tiap gue mikirin alur, mata gue tiba-tiba ngantuk dan otak gue juga ga mau berfikir. Sorry yaa😢

Mungkin gue bakalan double up jadi gue harap vote di chapter ini nyampe 100. Aamiin!

Yaudah jangan lupa vote, komen dan fhallaw akun gue. See you next chapter 😘

Babunya Mr PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang