CHAPTER 3 "Zahra"

908 151 22
                                    

-Zahra Pov-

Aku menatap takjub bolu hangat yang baru saja keluar dari pemanggang, masih terlihat jelas asap yang mengepul di atasnya, menandakan bahwa ia masih begitu panas. Bolu ini ku buatkan untuk seorang yang sangat spesial dan dibuat dengan cinta, rasanya pasti sangat lezat. Bukan hal yang sulit bagi chef profesional sepertiku untuk menciptakan kudapan manis ini. Haha lucu sekali aku.

Aku Zahra, kebanyakan orang memanggilku Zahra. Aku pecinta segala hal yang berhubungan dengan matcha, bagiku aroma teh hijaunya membuatku lebih relax, selain itu aku juga suka manis, salah satunya Kevan Englakaci. Cowok paling tampan plus paling sangar se-fakultas ekonomi, hanya selintir orang yang mampu berinteraksi dengannya, selebihnya memilih untuk tidak mencari gara-gara, karna konon katanya, mulut bang Kevan itu lebih pedas dari cabe rawit, lebih tajam dari pedang samurai di jepang. Intinya, berani mengusik hidup Kevan, berarti siap untuk tercabik-cabik sampai ke tulang.

Ketus banget, bahkan dulu sempat ada mahasiswi yang nangis gegara dimarahin, pokoknya serem deh. Karena itu orang-orang cuma bisa ngagumin dia dari jauh, pada ga berani mendekat, mereka takut ntar iblis dalam diri Bang Kev keluar.

Tapi itu semua tidak berlaku bagiku, apapun rintangannya akan kuhadapi agar bisa mewujudkan impian ku, yaitu mencubit pipi Kevan sampai ia menangis, enak saja dia yang sering memukul tanganku tapi tak pernah mendapatkan balasan.

"Raraaaa!"

Huftt! Lagi-lagi teriakan menyebalkan itu. Apalagi sekarang? Catokan rambut? Atau alat pemotong bulu kakinya tak ia jumpai?

Aku berjalan dari dapur ke kamar Kak Tata. Dia kakak perempuanku "Apa kak?"

"Baju gue yang dibeli kemarin udah di setrika belom?" tanyanya sambil mengeringkan rambut.

"Belum, kan baru selesai dicuci." Jawabku seadanya.

Kakakku tak pernah bersikap sopan, selalu saja memerintahku ini dah itu. Tak heran dia seperti itu karena ibuku selalu memanjakan, menuruti semua keinginan putri sulungnya itu, sehingga sekarang ia memiliki karakter yang egois.

Kak Tata menengok dengan wajah sebal "Kenapa belum? Gue kan mau pake sekarang. Ya udah, lu setrikain sana! Buruan!"

"Eh tapi Rara mau mandi, ada kuliah pagi hari ini."

"Ga mau tau ya! Setrikain cepet! Gue buru-buru ini!" Perintahnya begitu tegas.

"Ga ah! Kakak aja yang setrika sendiri. Rara juga lagi buru-buru." Aku tak ingin menuruti keinginannya, ia harus belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri.

"Lu berani sama gue? Gue aduin mama nih!" Ucapnya dengan mata menyalang lebar, jika saya tak ada kelompak mata itu, aku rasa bola matanya akan menggelinding ke lantai.

"Ya udah bilang aja sana!" aku tidak takut sama sekali, paling juga nanti mama ngedumel saja.

Kak Tata keluar mencari ibunya, seperti akan ayam yang baru saja diganggu. Terserah saja, aku ga peduli sama sekali, Omelan ibuku bukanlah hal yang menakutkan, aku sudah kebal akan hal itu, tenang saja. Karena kita hidup di dunia nyata, bukan dunia dongen dan aku bukan Cinderella, akanku lawan setiap ketidakadilan di dunia ini.

Aku berjalan menuju dapur untuk mengambil bolu dan beberapa kue dagangan yang akan dititipkan nantinya. Namun, disana sudah ada mamaku yang berdiri berkacak pinggang.

"Ma, Rara berangkat dulu!" Aku meraih tangan Mama, tapi beliau langsung menepis dengan kasar.

"Kenapa kamu ga mau bantuin Kakak kamu? Emang mama ga pernah ajarin cara bersikap baik ke orang yang lebih tua itu gimana?" ucapnya meninggi.

Babunya Mr PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang