Eighteen

4.1K 803 70
                                    

Vernon bersandar pada tiang terdekat sebagai penopang tubuh lelahnya yang dari tadi menjadi alas ternyaman Liam selama tidur.
Mereka berdua lelah mengikuti Seungkwan yang sangat excited menyambut tahun baru dengan keluarga kecilnya. Sampai segala pernak pernik baik yang dibutuhkan maupun tidak, ia beli dengan jurus tawar menawar yang tidak memakan waktu sebentar.

"Aku ngantuk."

"Nadu."

"Yah, kau masih bisa bicara padahal tidur pulas?"

"Ssssyyhh pipi bicik."

"Mommy tidak mengajarimu memanggilku daddy?"

"Pipi."

"Aahh arasseo arasseo! Jangan peluk erat begini, sesak! Yaish-"

Liam tertawa dalam tidurnya kala peluk erat tergantikan usakan kepala di sela leher sang ayah. Benar-benar sandaran ternyaman apalagi bahu lebarnya.

Tentu saja namja dewasa ini sadar kalau sedang menjadi tempat favorit sang anak. Makanya cuma bisa pasrah, mengusap punggung sempit berbalut jaket cokelat seraya berbincang sedikit menghilangkan kebosanan.

"Kemarin Liam ketemu halmeoni dan harabeoji?"

"Ung."

"Apa Liam merepotkan halmeoni dan harabeoji?"

"No no."

"Jinjja?"

"Hn. Mimi.."

"Wae?
Maksudmu Mommy yang merepotkan halmeoni dan harabeoji?"

"Nde..
Mimi.. nanis.."

Jeda antara keduanya membuat si kecil menarik diri setelah membuka mata. Memastikan wajah sang ayah dan bersitatap, mendapat perintah tak bersuara untuk memberi penjelasan lebih lanjut.

Apa yang diharapkan dari anak berusia satu tahun? Tidak ada.

Beruntung istrinya sudah selesai kemudian mengejutkan Vernon dengan senyum lebar nan indah mengalahkan pemandangan langit malam.

"Pipi mau gantian? Mimi bawa Liam, pipi bawa belanjaan."

"..jadi kamu yang ngajarin Liam panggil aku pipi?
Jelek tau."

"Ah waaae~~ dia lucu panggil aku mimi. Gwaenchana kalau panggilan pipi jelek yang penting panggilan mimi lucu. Ya kan sayaaang~ aigu berat sekaliii"

"Kamu beli apa ini? Kok banyak?"

"Mumpung murah. Terus juga katanya kan besok purnama, jadi yaa~"

"Buat stok?
Tidak ingin keluar rumah seharian?"

"..."

"Kalau ternyata besok benar ada fenomena blue moon gimana?
Mau tidak mau, kamu harus keluar."

"Kenapa harus?"

"Ya kan tradisinya begitu.. bulan langka, bulan kelahiranmu, harus disambut dan dihormati."

"Aku punya sosok bulan yang sesungguhnya di depan mataku, untuk apa aku melihat bulan yang lain?"

Langkah Vernon seketika berhenti. Tidak bereaksi saat Seungkwan justru berjalan mendahului seraya tersenyum jahil dalam rangka flirting.

Boleh pangeran kita merasa terenyuh?

For the first time ada seseorang yang memuji eksistensinya sebagai putra bulan.

"Aku buang belanjaan kamu, boleh?"

"YA JANGAN DONG! APA-APAAN!"

"Terus aku mau peluk kamu, gimana caranya?"

✓The Moon [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang