Eleven

4.6K 834 107
                                    

"Ey apa ini? Kalian mau mudik atau pindahan?"

"Kkk tentu saja cuma mudik.
Purnama di kampung halaman suamiku akan terlihat indah dan romantis daripada disini."

"Oh ya? Nanti malam purnama?? Astaga, aku lupa!"

"Ya tuhan nyonya Lee, jangan bilang kau tidak punya rencana malam ini?!"

"Sepertinya tidak.
Kalau begitu, aku akan menghabiskan malam bersama Keluarga Kwanie saja.
Bisa kan, Kwan?"

"E-eh..?"

Tentu ia kaget.

Padahal Seungkwan sedang fokus menyapu halaman, dan wanita paruh baya yang barusan lewat di depan rumahnya tiba-tiba saja menyebut nama.

Tetangga sebelah yang disapa, tapi dia juga yang kena.

Seungkwan ingat nyonya Lee. Dia yang biasa mengajar sekolah taman kanak-kanak. Dia juga yang hobi bergaul makanya sampai Seungkwan dan tetangga pun mengenal wanita dengan kacamata bulat disana.

Seperti biasa, sapaan hanya dibalas senyum malu oleh Seungkwan. Kali ini mungkin ditambah gelengan kecil sebagai penolakan halus. Menghasilkan tatapan bingung dari dua orang yang tadi berbincang.

"Kenapa Kwan?
Bukankah lebih baik diterima tawaran nyonya Lee?
Wilayah sini sepi loh kalau malam. Jadi lebih baik-"

"A-ani.
K-Kwanie.. s-sudah pu-nya.. rr-rencana l-lain.. m-mian."

Akhirnya yaa, terpaksa ia membuka suara..

..dan berbohong.

"Ooohohohoo dasar pasangan muda! Yah, yah. Aku biarkan kali ini ya Kwanie sayang~ kkkk besok-besok jangan tolak undanganku lagi, araaa~?"

"U-um.
Geureom.."

Bungkukkan kepala Seungkwan menandakan pamit yang terburu dan keinginan untuk enyah dari sana segera terkabul.

Ia tidak peduli apakah ini sopan atau tidak. Tapi Seungkwan benar-benar benci kalau sudah disinggung soal purnama.

Maniknya perlahan mengintip ke jendela tanpa menyibak gorden. Samar terdengar bagaimana perbincangan masih terus berlanjut antara dua wanita di sana.

"Sepertinya dugaanmu benar."

"Iya kan?! Tiap malam purnama, loh.
Aku sih yakin mereka pasti kawin lari karena bukan jodoh."

"Um. Kalau sudah pasti jodoh kan tidak mungkin bersembunyi dari tetangga tiap malam purnama."

"Wah sayang sekali Kwanie, padahal dia manis.."

"Aku dengar juga dia blue moon."

"Jinjja?! Terus suaminya?"

"Tidak tau."

"..apa mungkin orang tua Seungkwan frustasi menemukan jodoh untuk putranya, jadi mereka rela ia dinikahkan dengan sembarang orang?"

"Bisa jadi."

Tidak, eomma appa nya bukan orang seperti itu.

Dan lagi, Vernon bukan sembarang orang. Dia laki-laki terbaik yang pernah Seungkwan temui.
Tidak seperti mereka yang hanya baik di depan, Vernon jauh lebih manusiawi. Baik perkataan maupun perbuatannya.

Tentu saja ada rasa marah yang membuat dada Seungkwan memanas. Tapi ia sabar. Belajar tuli karena tau kejadian seperti ini akan terus terulang hingga tahun-tahun ke depan.

"Ah, K-Kwanie sensitif se-kali.."
Gumamnya seraya menyeka air mata yang hampir turun membasahi pipi.

Berbekal hembusan nafas yang keras, Seungkwan kembali berdiri tegak. Mencoba berpikir positif dengan mengingat bagaimana Vernon sebentar lagi akan pulang kerja dan membawa makanan kesukaannya yang tadi pagi ia minta.

✓The Moon [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang