End

4.8K 735 85
                                    

Seseorang menukikkan alis tajam kala mendongak, menatap bagaimana bulan perlahan berganti warna dari gelap merah menjadi biru terang.

Langkah seribu mewakilkan kemarahan tak ada habis. Hampir saja melemparkan lahar panas seraya mendekat ke arah sosok kecil yang tangannya tengah terangkat ke udara seraya merapalkan doa, namun sosok tersayangnya menghadang.

Seungkwan terlihat cantik malam ini. Namun Vernon tak bisa dibutakan oleh kecantikan sang istri kala mengetahui betul apa yang sedang terjadi di depannya.

"Minggir."

"Bononie.."

"Liam Chwe, ku beri kau izin sepenuhnya bukan untuk membunuh ibumu sendiri!"

"Dia tidak membunuhku.
Aku yang bunuh diri."

"Kau gila-"

"Apa bedanya denganmu?"

Tegar suara Seungkwan, tak pecah sekalipun bahkan ketika menatap manik basah sosok di hadapannya.

Sejak kapan Vernon menangis?

Sejak kapan di sekelilingnya terasa sepi?

Bahkan tetes air mata suci sang pangeran terdengar benturannya kala menyapa tanah.

Dingin tangan kecil yang membasuh pipi basahnya membuat kebencian Vernon terhadap kehidupan di bumi semakin memuncak.

"Lihat aku."

"Aku tidak sekuat apa yang kau kira."

"Bononie.."

"Aku tidak kuat kalau harus menyaksikan kematian orang yang ku bela mati-matian, Kwan."

"Aku juga.
Kau pikir aku akan baik-baik saja setelah mengetahui bahwa kau membunuh semua orang, baik yang bersalah atau tidak, kemudian membayarnya dengan nyawamu sendiri?"

"Demi kehidupan mu!"

"Aku tidak butuh hidup!

Aku hanya membutuhkan mu."

"....."

"Aku tau.. mungkin sangat menyiksa bagimu untuk menahan diri agar tidak emosi sedari dulu, ketika tau dunia sangat mengolok-olok eksistensi ku.
Aku tau betapa inginnya kau menjerit pada dunia, bahwa aku adalah pendamping mu. Walau bukti jelas sulit diberikan karena nyawa sebagai taruhan.

Dan hari ini puncaknya.

Kau putar balikkan keadaan, semena-mena menggunakan kekuatan, bahkan nyawa dipertaruhkan.. gomawo, Bononie."

Liam membuang pandangan.

Enggan menyaksikan ibunya memberikan satu buah ciuman terakhir sebagai penenang sang ayah. Sebelum akhirnya menurunkan tangan.

Menatap bahwa doanya telah dikabul bulan. Sebagaimana azure mewarnai gelapnya malam, menggantikan ruby crimson sang putra bulan.

Hitung mundur dalam hati tak Liam sanggupi.

Terlebih kala akhirnya ciuman mereka disudahi, dengan warna yang saling bertukar satu sama lain. Mengejutkan si dominan ketika membuka mata dan Seungkwan-lah yang memiliki crimson maniknya.

"Ternyata kita benar jodoh, kkk~"

"Boo.."

"Ah waktunya sedikit.
Aku tidak akan sempat."

"Kau bisa batalkan semuanya! Kau bisa tarik ucapanmu lalu-"

"Apa?
Tak ada kata mundur, Bononie.

Kau dan Liam sudah bukan siapa-siapa lagi disini."

Entah kesadaran dari mana, tapi benar memang.

✓The Moon [VerKwan BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang