Kupu-kupu seringkali dikaitkan dengan sederet makna indah. Perumpamaan metamorfosis sempurna dalam kehidupan. Elok rupanya kendati berasal dari ulat yang sering kali dihindari, bermakna proses manusia dalam berubah jadi diri menjadi lebih baik. Namun, semesta mengikutsertakan kupu-kupu sebagai tanda alam tuk menjadi isyarat, petunjuk, pertanda akan hadirnya suatu hal. Terutama kupu-kupu hitam, yang eksistensinya sering terabaikan. Padahal dalam setiap kepakan sayapnya menyambangi rumah-rumah, selau ada kemalangan, mara bahaya, malapetaka, duka, hingga 'tamu tak diundang' yang akan merugikan si pemilik rumah. Dan karena hal itu, kisah ini jauh lebih rumit dari kelihatannya. Ini tentang seseorang yang bersembunyi dibalik identitas Dewi Jalanan yang keberadaannya dihindari di Negara Marganakarta. Sosok yang selalu mengirim surat dengan bubuhan cap kupu-kupu hitam sebelum 'menguliti' targetnya habis-habisan. Jika kupu-kupu hitam adalah pertanda malapetaka, maka Dewi Jalanan adalah malapetaka itu sendiri. ♣♣♣ "It's been a while. I haven't seen you use it," celetuk gadis bersurai pirang platina yang di tengah kegiatannya mengasah belati. Gadis berambut biru gelap mengangguk setuju sebelum menimpali, "terakhir kali dua tahun lalu, kan? Tepat sebelum kasus human trafficking yang didalangi anak pejabat." Gadis berpakaian serba hitam dengan rambut hitam legam yang menjadi lebih objek pembicaraan dua temannya itu belum berniat menanggapi. Tangannya masih sibuk menulis surat dengan pena tinta. Barulah setelah siap membubuhkan cap kupu-kupu hitam pada suratnya dia menjawab, "It's mean, betapa menyedihkannya orang yang buat gue menggunakan benda ini lagi," Dewi Jalanan mengangkat cap kupu-kupunya. "Sesuai maknanya, kemalangan. Mari perlihatkan pada seluruh Marganakarta bahwa banyak dari rakyatnya yang tak lebih dari sampah!"