Kisah ini membuktikan bahwa roda terus berputar, kadang berada dibawah dan kadang diatas. Menyadarkan hidup tak sepenuhnya tentang cinta, ada saatnya cinta itu tak berguna bila selalu di sia-siakan. Cinta dan Benci. Dua kata yang berbeda dan rasa yang bertolak belakang, namun dua rasa itu berhubungan, semacam tak ada benci bila tak ada cinta dan sebaliknya tak ada cinta bila tak ada benci. Ini kisah sederhana namun penuh makna, menarik dan penuh intrik. *** "Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Lovely. "Hmm." jawab Bima cuek. "Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Lovely sambil melihat kedepan memandang gedung-gedung tinggi. Bima hanya cuek tanpa peduli apa yg dimaksud oleh gadis yang duduk disampingnya. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam mencoba menguatkan dirinya. "Apa aku harus bertahan dan terus mengejarmu yang selalu lari menjauh dariku? Atau aku harus menyerah dan berhenti memperdulikanmu bahkan pergi jauh darimu agar aku bisa melupakanmu?" tanya gadis itu tanpa sadar air matanya menetes membasahi pipinya. Mendengar itu Bima langsung menoleh dan terkejut. Bima diam. "Jawab Abimanyu Gatra." pinta Lovely. Bima masih diam. Hingga dengan penuh pertimbangan, pemuda itu memutuskan. "Jika gue ingin lo tetap bertahan, apa lo akan bertahan?" tanya Bima ambigu. Mendengar itu ada setitik harapan dihatinya, namun..... "Tapi gue tidak akan memberi lo kesempatan untuk mendekat." lanjutnya yg mampu menusuk hati Lovely begitu dalam. Beginikah rasanya sakit hati karena cinta? "Jika kamu mau seperti itu, aku akan lakukan. Bukankah cinta butuh pengorbanan." jawab Lovely. Lagi-lagi Bima terkejut dengan jawaban Lovely. "Aku akan bertahan dan memperjuangkan. Apakah kamu bahagia?" tambah Lovely. Dirinya memang gadis bodoh yang rela tersiksa hanya karna cinta. Tapi bagaimanapun juga ia tidak bisa berbuat apa-apa. Biarlah hatinya sakit dan hancur berkeping-keping hingga hatinya sendiri lelah dan tak dapat merasakan cinta itu lagi. Bahasa halusnya mati rasa.