"Kamu tau? Abang itu ibarat bunga Dandelion." "Kenapa Dandelion?" "Karena mau sekencang apapun angin meniup bunga itu, bunga Dandelion akan tetap berada di tangkainya. Sama seperti Abang, mau sebanyak apapun orang menyuruh Abang pergi, Abang akan tetap disini, bersama adiknya Abang." "Tapi kan, ada kalanya bunga dandelion itu terlepas dari tangkainya. Gak selamanya menetap bukan? Terlebih jika angin itu meniupnya kencang berulang kali." "Maka, Abang harus pulang." "Maksudnya?" "Takdir, Raka. Seperti yang kamu bilang, gak selamanya bunga itu menetap. Abang pun begitu, gak selamanya Abang disini. Kalau tuhan sudah menginginkan Abang pulang, Abang bisa apa?"