Q & A with ShillaMarselia (Part 1)
Reader: Kak, gimana sih bagi waktu nulis multigenre? Nggak capek apa, harus sedih sama senang di waktu yang hampir barengan?
SM: Aku biasanya nulis sesuai mood dan viewer. Malah seringnya viewer yang bikin mood-ku kebawa, wkwk.
Reader: Emang apa sih kesulitannya nulis multigenre?
SM: Lebih ke mood sama muse. Kalau lagi nggak oke, tulisanku suka kacau dan ngelag sebentar. Untungnya kalau udah tidur bentar, biasanya balik normal. Tidur tuh healing terbaik, sumpah wkwk.
Reader: Kalau muse alias inspirasi itu siapa sih?
SM: Waduh, ngaku nggak ya, wkwk. Intinya ada sosok yang jadi inspirasiku buat nulis cerita-cerita absurd dan dark. Mungkin itu bentuk sublimasi rasa yang susah aku definisiin.
Reader: Lebih suka nulis dark romance atau romance comedy, Kak?
SM: Gabungan dua-duanya! Itu kayak aku disuruh pilih seblak atau bakso. Dua-duanya favoritku, jadi nggak bisa milih salah satu, wkwk.
Reader: Dari 6 naskah yang lagi jalan, mana yang paling bikin mumet?
SM: Historical romance sama horror dark comedy. Kalau historical ribetnya harus riset dan nyari “soul”-nya, bener-bener nguras energi. Kalau horror dark comedy, seringnya horornya lebih dominan daripada komedinya. Jadi aku harus pintar-pintar cari balance biar tetap dapet jiwanya.
Reader: Soul maksudnya jiwa, kan? Jangan-jangan kakak nyari tumbal?
SM: Bukanlah, wkwk. Soul itu biasanya datang dari muse. Makanya aku jaga hubungan baik sama dia, karena dia yang bikin tulisanku punya nyawa.