5~•Jadi Detektif•~

154 58 2
                                    

POV Laily

"Hiihh, dingin juga airnya," Aku menggosok-gosokkan kedua tanganku berulang kali.

"Lagian, ngapain sih Laily pake nyebur-nyebur segala! Dingin tau!" omel Deven

Deg!

Jantungku hampir berhenti berdegup. Ini Kak Deven? Kenapa ia berbeda?
Kesurupan!
tapi, mengapa ia tidak seperti orang keserupan pada umumnya?

Sebentar, sebentar. Ada yang janggal!!

  Pukul 09.00 WIB. Kak Deven sifatnya dingin dengan nada bicara datar, ketus dan sombong.
Sifat ini berlaku sampai Pukul 11.59.

Tepat Pukul 12.00 WIB. Kak Marvel mengeluh kesakitan pada bagian kepala, telinga, dan dadanya kemudian ia pingsan di tempat. Karena badan Kak Deven berat jadinya aku menyeretnya, tak peduli pandangan apa yang diberikan oleh orang lain aku tetap kekeh menyeretnya.

Setelah bangun dari sadarnya, ia mulai membuka matanya perlahan. Awalnya semua biasa aja, tapi tatapannya aneh menurutku. Ia tiba-tiba mendorong tubuhku ke belakang. Ia hampir menamparku dan melesatkan tamparannya ke gelas di sampingku. Dia sangat agresif, dan seperti tak ingin disentuh.

Aku tak sempat bertanya apa yang terjadi dan berlalu pergi dengan rasa sakit hati karena perlakuan buruknya terhadap aku.

Saat aku ingin menemuinya untuk ke-2 kalinya. Ia bertingkah seperti kekanak-kanakkan.
Manja.
Mungkin itu yang bisa aku gambarkan. Dan anehnya sebelum aku nyamperin Kak Deven ia mengeluh rasa sakit di tempat yang sama. Saat itu Pukul 15.00 Wib!

'Takut' mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaanku saat itu.

Aku tak mengubrisnya dan membiarkannya hingga ia kembali normal dengan sendirinya.

Ia memanjat pagar dan pikiranku traveling kemana-mana.
'Bunuh diri?'
Ah, tidak mungkin!

Tiba-tiba otak cadel ku mulai bekerja!!
'Kerjain Kak Deven!'

Huhuhu, kapan lagi kerjain Kak Marvel.
Aku menyusulnya di pagar. Kemudian aku menggenggam tangannya dan memberikannya tatapan jahil ku.

"Are you ready?" aku mengeluarkan jurus tatapan jahilku.

"Hah?" sepertinya ia bingung.

Byurr!

Kami berdua tercebur di sungai.
Aku sangat senang ketika tubuhku mulai masuk ke air, begitu juga Kak Marvel.

   Tapi, berbeda dengan Kak Deven, ia berteriak ketakutan bahkan sampai merengek dan berlaga seperti orang yang tenggelam. Padahal sungai itu dalamnya hanya sampai di pinggang Kak Deven.

Para warga mengerubungi kami.
Menolong kami? Ah tidak mungkin.
  Seorang bapak-bapak berteriak untuk meminta pertolongan kepada warga.

Sontak saja aku bingung. Sungai ini bahkan tak dalam sama sekali. Ikan-ikan yang lagi kawin sampai lagi PDKT pun jernih terlihat oleh mataku.

  Para warga menoleh ke arah bapak dan mengangguk. Saat aku hendak beranjak dari sungai. Tiba-tiba, sebuah gerobak dengan tulisan....
Pemadam kebakaran!!!
Biasanya jika pemadam kebakaran ada sirine dan bersuara, lah ini suaranya 'Niuniuniuniuniu pong pong pong'
Jadi kek suara kereta pasar malam oi.

Sumpah demi apapun! Kok aku bengek sih! Huwaaa..
   Ternyata yang mereka selamatkan itu MAYAT! Si Bebek peliharaan pak Slamet!!

  Aku tertawa terbahak-bahak karena Kak Deven berusaha meminta tolong tapi malah ditinggalin oleh warga.

Terlihat dari wajahnya ia sangat kesal. Kak Marvel naik ke tepian sungai sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Fyuhh...
Lupakan itu semua, kembali lagi pada penelusuran detektifku..

  Semua kejadian yang menurutku janggal  tepat pada Pukul 09.00, Pukul 12.00, dan Pukul 15.00.

  Oo iya, aku melupakan sesuatu!
Pada setiap jam yang aku sebutkan tadi, Kak Deven sepertinya ada mengucapkan sesuatu, aku akan mencoba mengingatnya! Emmm...

"Pada pukul 09.00 Kak Deven mengucapkan 'Tid-dak sekarang, Roni!' . Pada pukul 10.00 Kak Deven ngomong 'Jangan s-sekarang Aldo!' . Terus pada Pukul 15.00 saat Kak Deven tiba-tiba pengen bunuh diri, eh, aku deng yang nyeburin, Kak Deven  ngomong 'Aku benci kau Rehan!'." Pikirku sambil menatap lekat wajah Kak Deven  yang sedang blepotan memakan Ice cream coklat.

Maksud dari ketiga jam ini sebenarnya apa? Apakah ada sangkut pautnya dengan berubahnya kepribadian Kak Deven?

Ah, aku terlalu su'uzon sama Kak Deven! Mungkin aku terlalu berlebihan kepadanya. Lupakan saja, aku tak akan membahas persoalan ini lagi!!

Laily's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang