3~•Kak Deven Berbeda?~•

159 48 3
                                    

****
"Huff, capek juga yah, disuruh joged- joged pake boneka mampang," keluh Laily sambil meminum teh botolan.

"Copak capek! Yang ada, gue yang capek nari-nari gak jelas pake boneka apa tuh namanya?" Deven memegang keningnya berusaha mengingat nama boneka tadi.

"Oo iya! Boneka Empang!" tebak Deven ngasal.

"Eh, lo kira juragan empang apa! Main ngaco aja, namanya itu boneka Mampang!" jelas Laily ketus.

"Eheheh, itu dia maksudnya,"

"Btw panggil gue kakak aja, gak sopan!" ketus Deven.

"Iya Kakak Devennnn,"

Ding!dong!ding!dong!

Pukul 12.00 WIB

Entah dari mana asalnya suara nyaring dari jam kuno dengan lonceng berbentuk bulat yang bergerak ke kanan dan kiri di tengah nya.

Suara itu hanya bisa didengar oleh Deven saja.

Seketika Deven mengeluh sangat kesakitan di bagian kepala, dada dan telinganya.

Laily yang melihat itu menjadi panik dan sangat bingung. Ia dengan sigap menangkap badan Deven yang menggeliat kesakitan.

"Kak Deven! Jangan kesurupan dulu ih, Laily masih belum hapal Surah Ayat Kursi nya buat ruqiyah Kakak!" rengek Laily. Ia membopong tubuh Deven di pangkuannya.

Deven tak sadarkan diri di pangkuan Laily, dengan keadaan lesu dan bibir pucat.

****
"Kak Deven , Kakak, masih hidup atau udah mati sih Kak? Laily capek ni nungguin mayat hidup yang gak bangun-bangun!"

Deven mendengar suara Laily dengan frekuensi samar. Ia mengerjabkan matanya berusaha membeningkan penglihatannya yang buram.

"Alhamdulillah, ternyata malaikat pencabut nyawa lagi gak minat nerima roh kakak," ucap Laily saat melihat Deven menatap nya tanpa arti.

"Lancang lo!" bentak Deven mendorong Laily yang berada di sampingnya.

Laily kaget bukan main. Devennyang tadi pagi sangat konyol dan humble,sekarang ia menjadi agresif dan sangat asing!

"Ini Laily kak!" mata Laily memelas kasih.

"Gue, gak kenal lo!"

"Waras pak?"

Plak!

1 tamparan keras hampir saja mengenai pipi Laily.
Deven ingin menampar Laily tapi hatinya tak mengijinkannya.
Ia melampiaskan kekesalannya ke gelas di samping Laily.

Mata Laily mulai mengembun menahan air mata yang ingin berseluncur bebas di pipinya.

"K-kak Deven! Berbeda..." Laily menahan isak tangisnya.

Laily pergi begitu saja meninggalkan Deven di warung yang tak jauh dari tempat jatuhnya marvel tadi.

Sesaat dada Deven sesak dan kepalanya kembali berdenyut.

"Gue mohon! Jangan sekarang!!" Geram Deven menggampar dadanya.

*****

Laily's Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang