"Aduh, habis bab 5 kelar, terus nulis apa lagi ya?"
"Nggak ada ide nih. Mentok. Bingung mau nulis apa!"
"Abis ini mau lanjut kaya gimana ya?"
Pernah mengalami yang beginian? Banyak naskah yang tidak pernah selesai ditulis. Ide-ide tulisan yang tanggung dituliskan. Juga, cerita yang hanya ditulis setengah jalan. Salah satu hambatan dalam menulis yang sering ditemui penulis pemula adalah bingung mau menulis apa lagi setelah naskah setengah jadi. Betul apa betul?
Mau diterbitkan cerita kalian yang syaratnya minimal 150 halaman? Tapi, baru nulis beberapa bab udah mentok, nggak ada semangat, males? Nggak bakal bisa selesai sayang kalo kaya gituu.
Caranya gimana sih biar nggak mentok pas lagi nulis? Coba deh kalian buat outline jika ingin cerita kalian tersusun rapi, ngggak mentok di tengah jalan.
Kenapa harus buat outline? Kenapa outline itu sangat penting? Yaa, karena outline bisa memandu mu saat memulai, menyelesaikan, dan menyempurnakan tulisan.
📌 Apa itu outline? Outline adalah sebuah kerangka tulisan untuk menampilkan ide-ide utama dan pendukung atas sebuah subjek/tema tertentu. Diibaratkan, outline ini seperti kerangka dari tulisan kita. Jika naskah adalah tubuh manusia, maka outline adalah kerangka tulangnya. Kerangka ini menjelaskan secara singkat bagian apa berisi tentang apa saja, juga urutan penempatannya.
"Aduh berat kali ya bahasanya." Atau, lebih mudahnya begini, anggap saja outline itu 'daftar isi' dari naskah yang sedang kamu tulis. Dengan outline, proses menulis bisa terarah, tidak melebar dan meluas kemana-mana, dan hanya berisi hal-hal yang relevan.
Dengan outline, kita jadi tahu habis A trus nulis B, trus udah itu nulis C, dan sesudahnya nulis D. Tulisan pun urut dan runtut. Dengan outline, otak kita tidak terbebani dengan harus mengingat-ingat mau nulis apa lagi, apa yang belum dicantumkan, setelah ini nulis apa. Dengan outline, kamu bisa berfokus untuk menulis pada satu bab hingga selesai, kemudian setelah itu berlanjut fokus menyelesaikan bab lain.
📌 LANGSUNG SAJA KITA BAHAS 5 TAHAP EFEKTIF MEMBUAT OUTLINE UNTUK NASKAHMU.
(1.) Tentukan tema/topik besar yang hendak kamu angkat dalam tulisanmu.
Pertama-tama, kamu harus tahu kamu hendak menulis apa. Mengetahui dengan pasti apa yang hendak kita tulis adalah langkah pertama dalam membuat outline yang baik. Kita harus tahu kita mau nulis tentang apa, sehingga isi outlinenya bisa fokus pada apa-apa yang memang hendak dituliskan.(2.) Mengembangkan daftar isi untuk outline kamu.
Tentukan dulu poin-poin besar apa saja yang hendak kamu angkat lewat tulisanmu. Proses kedua ini semacam membuat daftar isi untuk kerangka tulisan kamu. Apa saja poin-poin utama dan pendukung yang menurutmu akan menyusun tulisanmu. Tuliskan semuanya. Jangan pikirkan dulu poin-poin itu bakal dipakai atau tidak, pokoknya kumpulkan dan catat dulu semua ide atau gagasan yang mungkin terkait dengan tema besar yang hendak kamu angkat. Poin-poin yang kamu isikan dalam outline ini sifatnya sementara, nanti bisa kamu sortir dan tata lagi di tahap selanjutnya.(3.) Proses seleksi dan pengorganisasian dari isi outline kamu.
Saatnya kamu menyeleksi dan memilih poin-poin mana saja yang cocok. Di tahap 3 ini, kamu juga harus menyusun poin-poin yang telah kamu dapatkan di bab 2 supaya urut dan tertata, serta bisa dipahami.(4.) Berikan 'daging' pada kerangka tulisanmu.
Semata kerangka saja belum cukup kuat jika tidak ada otot yang menopangnya. Berikanlah otot dan daging pada kerangka tulisanmu. Buat mereka gemuk dengan gagasan pendamping atau supporting ideas.Misal, kita liat sistematika Bab 1 naskah 'Kaya dengan Jeruk Bali'
Bab 1. Mengenal Jeruk Bali
a. Klasifikasi Jeruk Bali
b. Ciri-ciri Jeruk Bali
c. Persebaran Jeruk Bali
d. Bagian-bagian tumbuhan Jeruk Bali
e. Sejarah dan riwayat jeruk baliPoin-poin pendukung inilah yang nanti akan memandumu dalam proses menulis. Jadi, kamu tahu di Bab 1 harus nulis ini setelah nulis itu, dst. Poin-poin pendukung ini biasanya berupa contoh, fakta dan data, gambar, teori, kutipan, bisa juga cerita flashback.
Setelah, tahu yang hendak ditulis, mengumpulkan yang hendak ditulis, menata yg hendak ditulis, dan merinci yang hendak ditulis, selanjutnya adalah...
(5.) Merevisinya.
Yup, sebagaimana tulisan, outline juga harus dikoreksi dan direvisi.
Seperti tahap terakhir menulis yang adalah menyuntingnya kembali, langkah terkahir menulis outline adalah mengoreksinya ulang. Sepanjang berjalannya proses kepenulisan, penulis sesekali akan merevisi outlinenya karena berbagai hal, munculnya ide baru misalnya.Membuat outline dulu sebelum menulis mungkin akan terasa sedikit repot, tetapi yakinlah bahwa balasannya akan sangat setimpal. Bahkan, para penulis besar seperti JK Rowling dan Agatha Christie juga memilih menggunakan outline ini dalam menulis. Waktu yang kita habiskan untuk membuat outline yang jelas akan sepadan dengan waktu yang habis untuk meneliti dan menulis naskahmu. Jika penulis sudah punya outline yang jelas, bisa dibilang dia sudah menyelesaikan sepertiga dari proses menulisnya, kata Brad Zomick.
Q & A
Q : Kak kalau kita buat cerita tanpa outline gimana?
A : Memang tidak semua penulis menggunakan outline dalam proses menulis mereka. Ada saja penulis yang lebih senang menulis secara spontanitas, yang jika ada ide langsung diaplikasikan menjadi cerita. Tidak ada yang salah dengan cara menulis seperti ini, sah-sah saja. Tapi perlu diketahui, ada pula kelemahannya yang perlu kita perhatikan :Menulis tanpa outline diperbolehkan jika kita sudah punya konsep yang matang, minimal plot dan alurnya kita sudah yakin. Pokoknya nanti alurnya begini, begitu, endingnya harus begini. Entah konfliknya sudah terbayang atau belum, yang terpenting secara sinopsis kita sudah punya. Banyaknya penulis pemula masih menulis tergantung dengan mood. Ketika ada mood dan ide, dia akan menulis, jika tidak ada ya sudah ditinggal naskahnya. Nah, yang menjadi masalah ... ketika dia meninggalkan naskahnya dalam waktu cukup lama, lalu dia tidak punya outline, apakah dia akan ingat secara rinci bagaimana cerita yang dia tulis? Pasti harus membaca ulang naskah itu dari awal, minimal dari bab terakhir yang ditulis. Memakan waktu bukan? Mending kalau langsung ingat mau melanjutkan tulisannya seperti apa, kalau tidak? Hmm😌
Jadi, pada dasarnya, mau memakai outline atau tidak pada naskah kita, itu kembali ke diri kita masing-masing. Cara mana yang lebih membantu? Pakai atau tidak pakai outline? Karena yang paling terpenting adalah, JANGAN PERNAH BERHENTI MENULIS
14-9-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Kodomo Bagi-Bagi Ilmu Kepenulisan
RandomKodomo Literacy Academy atau yang kerap disapa DOMOLIT akan membagikan pembahasan dan ilmu tentang dunia kepenulisan serta literasi, yang tentunya sangat bermanfaat untuk kita semua yang mau belajar lebih jauh lagi. Penasaran? Yuk, disimak baik-baik...