AKU MEMBUKA MATA tak lama setelah langkah-langkah kaki ribut tepat di lantai bawah mulai bergema. Anak-anak itu selalu bangun pagi, terlalu pagi malah. Orangtua mereka juga. Engine yang baik takkan menyia-nyiakan waktu. Tapi aku bukan Engine, aku hanya pendatang baru yang pura-pura jadi Engine.
Sebenarnya aku tak bisa memejamkan mata semalaman penuh. Aku berusaha untuk itu, tapi kelihatannya semakin aku memaksa, semakin parah insomnia menyerangku. Aku bukan jenis orang yang suka membaca buku atau keluar untuk minum-minum apabila insomniaku kambuh. Itu kebiasaan Sabrine. Lagipula membaca buku atau minum-minum, sama-sama membuat kepalaku pening.
Jadi aku sudah cukup puas hanya dengan menatap langit-langit kamarku, yang bisa kusentuh dengan kaki sambil tiduran, dalam diam mendengar suara riang anak-anak.
Aku sengaja menggelapkan jendela yang langsung memberikan aku pemandangan gemerlap kota Predawn. Supaya aku tidak perlu iri. Hingga akhirnya aku jengkel sendiri dengan suara ribut anak-anak, kemudian memilih menenggelamkan kebisingan dengan menyumpal telingaku. Walaupun di akhir lagu-lagu yang berdengung di telingaku hanya memantul-mantul dalam otak kecilku, tanpa bisa kuserap maknanya. Alhasil membuat aku terus terjaga karena keganjilan itu.
Akibatnya, begitu alarm rutinku berbunyi. Bukan hanya pipi bekas tamparan Sabrine saja yang protes, masih ada kepala berat yang berdenyut-denyut, dan jangan lupakan mata lebam--kurang tidur. Secara keseluruhan aku terlihat mengerikan, bukannya aku tidak pernah berpenampilan seperti ini, tetapi kalau boleh jujur, inilah kali pertama aku benar-benar memperhatikan pantulanku sendiri di cermin kusam yang sudah retak pada sebagian besar permukaannya, memperparah penampakan bayanganku sendiri. Sudah lama sekali aku menjauhi cermin sebab seorang Engine tak berkewajiban untuk berpenampilan menarik.
Sabrine punya alat-alat untuk menyamarkan setiap kekurangan pada wajahku, tapi mengingat pertengkaran kami semalam, aku tak mungkin menekan bel pintu apartemen Sabrine, lalu dengan bodohnya bertanya, 'Apakah kau mau membantu memperbaiki penampilanku? untuk urusan pekerjaan yang bisa mendatangkan keuntungan besar bagi kita.'
Tentu saja tidak, bisa-bisa yang kudapatkan bukan hanya pipi bengkak tetapi juga cakaran di wajah. Yang jelas, ujung-ujungnya mengharuskan aku untuk mengeluarkan lima ratus Hoover demi beberapa jahitan. Jujur saja aku bukan termasuk orang yang murah hati dalam menghamburkan beberapa ratus Hoover demi hal seperti itu. Bahkan demi kesehatanku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Path of Shadows [On Going]
Ciencia FicciónUpdate setelah mencapai 3.5K Reads! [The Path Of Shadows] Inc. 1 Clearesta Endeavor, manusia gagal yang melarikan diri dari bayang-bayang masa lalu kaum Wondra (Kelas Atas) terutama ibunya, ketika memutuskan untuk angkat kaki karena muak, dia tak pu...