"Paman, bibi bolehkan aku melewatkan sesi makan malam ini?"
Semua orang kompak melihat kearah Lisa. Kedua orang tua Taehyung tampak menatap bingung Lisa.
"Lisa, apa kau tidak menyukai makanan ini? oh atau kau alergi dengan seafood ini?"
Lisa menggeleng, ia melirik pria yang masih berdiri tegak disana,"tidak semua, aku hanya . . memang sedang tidak nafsu."
Lisa berdiri, membungkukkan badannya pada hadapan kedua orang tua Taehyung lalu pergi begitu saja.
Taehyung terdiam lalu ia segera berdiri mendekat kearah pria tadi, ia menepuk pundak pria itu kuat.
"Hey yo dude! C'mon, jangan khawatirkan tentang dia. Dia memang gadis yang sedikit susah. Nanti kau akan tau sendiri bagaimana sifatnya, ayo kemari dan duduk."
Aku sudah mengenalnya baik, tapi untuk sekarang mungkin kau yang mengenalnya baik, batinnya sembari tersenyum tipis pada Taehyung.
"Jung Jaehyun! C'mon, why are you stunned there, don't expect you to be a stone."
Seokmin yang memang mengerti perkataan anaknya itu segera memukul punggung tangan anaknya lalu menatapnya tajam.
Terheran-heran kenapa anaknya yang pendiam menjadi cerewet begini? apakah ini pengaruh karena anaknya terlalu lama tinggal di Sydney.
"Maafkan aku." katanya lalu menampilkan cengiran khas-nya.
Untuk Jaehyun. Dia memang keponakan dari ayah Taehyung. Seokmin memiliki adik perempuan, dan adiknya itu adalah ibu Jaehyun yang telah meninggal, jaehyun tentu saja mengikuti marga ayahnya-- Jung.
Seokmin dulu sempat menyuruh Jaehyun untuk tinggal bersamanya, membawa ibu dari ayah Jaehyun atau nenek Jaehyun. Namun Jaehyun bersikeras menolak itu, ia ingin hidup sederhana bersama neneknya. Mengurus perkebunan dan perternakan yang sempat diserahkan ayah Jaehyun pada Jaehyun.
Namun tiga tahun yang lalu nenek Jaehyun-- boeun meninggal dunia, dan itu meninggalkan duka mendalam bagi Jaehyun.
Jaehyun berada di duka yang begitu dalam, sampai ia lupa mengurus diri dan mengurus perkebunannnya. Bahkan Jaehyun sudah menjual ternaknya, dan ia mengingkari janjinya pada sang nenek untuk terus merawat kebun dan ternak dengan baik.
Akhirnya, Jaehyun sadar ia lalu mendatangi makam sang nenek, meminta maaf dan menangis tersedu-sedu diatas tanah makam sang nenek.
Semua itu terasa begitu berat untuknya. Semua nasib buruk menimpanya. Neneknya meninggal, kebun miliknya rusak karena tak terawat, ternaknya yang bodohnya malah ia jual, ia diusir dari rumahnya karena tak bisa membayar sewa.
Dan yang paling ia sesali, ia kehilangan sosok yang begitu ia sayangi. Gadis yang begitu membuat hatinya selalu bergejolak, gadis yang memberi warna pada harinya yang begitu kelabu, dan gadis yang mampu membuat Jaehyun menarik setiap sudut bibirnya dengan lebar.
Ia begitu menyesali perbuatan yang dulu ia lakukan pada gadis itu. Dulu, ia begitu labil sehingga ia melampiaskan semua kemarahannya pada gadis itu.
Ia begitu marah hanya karena celotehan kosong dari siswa-siswi sekolah. Ia begitu menyesal, tidak seharusnya. Ya, tidak seharusnya ia melakukan semua itu.
Namun, ia bahagia. Bahagia sekali, sangat-sangat bahagia.
Ia begitu bahagia karena bisa kembali melihat sosok yang begitu ia rindukan, sosok itu yang selalu ia nanti.
Ia ada dihadapannya sekarang, ia begitu dekat untuk kembali ia genggam sekarang.
Tapi, Jaehyun tak mengerti, kenapa gadis itu begitu berbeda. Entah lah, Jaehyun begitu merasakan adanya perbedaan yang terjadi pada gadis itu.
Secara fisik, memang gadis itu berubah. Dulu gadis itu memiliki surai coklat panjang dan tubuh berisi. Namun sekarang gadis itu memiliki surai hitam yang begitu indah, juga tubuhnya yang terlihat lebih dewasa.
Tapi bukan itu yang Jaehyun pikirkan, tapi ia memikirkan akan tatapan gadis itu. Tatapan matanya bukan seperti tatapan mata yang ia kenal dahulu.
Jaehyun begitu merasakan titik tatapan gadis itu tidak sama. Begitu berbeda.
"Yo wassup!"
Jaehyun terkejut, ia lalu menatap pria didepannya yang terlihat terkekeh sambil menatapanya.
"Kau ini kenapa? dari selesai makan sepertinya jiwamu sudah hilang diterpa angin malam."
Jaehyun hanya menggeleng, ia lalu menatap mantab pada Taehyung yang nampak serius melihat kearah balkon dilantai dua.
Posisi mereka kini berada ditaman belakang rumah, jadi memungkinkan untuk melihat secara jelas balkon-balkon kamar rumah ini.
Jaehyun yang semula menatap Taehyung kini ikut mengikuti arah pandang mata Taehyung, yang menatap dalam pada seseorang di balkon.
Jaehyun melihat itu, melihat bagaiamana cantiknya si gadis bermata bulat itu-- tengah memperhatikan langit hitam yang diterangi sinar rembulan, surai-surainya dengan lembut berterbangan karena angin.
Lisa benar-benar cantik, ya, gadis itu memang bertambah cantik dan dewasa.
"Lisa begitu cantik, ya?"
Jaehyun menoleh cepat, ia memperhatikan bagaimana tatapan Taehyung yang begitu menadamba pada Lisa.
"Kau . . menyukainya??" tanya Jaehyun-- sedikit ragu.
Taehyung memberikan box smilenya, kendati matanya tidak mau terlepas dari wajah yang begitu indah diatas sana.
"Ya, aku menyukainya."
Jaehyun meremas tangannya, ia menatap Taehyung dan Lisa bergantian dengan tatapan nanarnya. Jaehyun rasa ia harus memberi pilihan pada dirinya sekarang ini.
"Tapi, Lisa tidak pernah menyatakan hal serupa padaku." Taehyung mengendurkan senyumannya, ia menoleh kepada Jaehyun dan tersenyum tipis.
Jaehyun sedikit bersorak dalam hati. Ia mati-matian untuk tidak memberikan senyum merekahnya pada Taehyung.
"Tapi, tenang. Aku dan Lisa sudah membuat komitmen bersama, sebelum kita nanti akan membuat sebuah hubungan yang resmi. Dan aku yakin, sekarang Lisa pasti telah memiliki perasaan padaku!"
Taehyung kembali tersenyum lebar, sedangkan Jaehyun membuang pandangannya pada rerumputan.
Jadi, ia benar-benar kehilangan kesempatannya?
Atau . . tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable2 : the return of him✔️
Fiksi UmumKetika dia kembali, semuanya berubah. Perubahan yang begitu menjengkelkan dan menyesakkan baginya. Dia harus sigap, menahan, dan mengikhlaskan. ! , alangkah baiknya untuk membaca season pertama dahulu. ! , update setiap rabu. 展示 ー sepiajeong, 2O21.