Second Meeting

176 11 0
                                    

Omega's pov.

Hal pertama yang kulihat saat itu adalah silaunya cahaya mentari yang menyapa. Aku terbangun dengan rasa sakit menderu dikepala sekaligus sekujur tubuh. Ini pasti karena itu.

Menatap bagaimana design kamar yang kutempati, ini pasti bukan kantor kepolisian. Untuk kali kedua, akhirnya aku bisa merasakan bagaimana hangatnya sinar matahari senja yang menyelimuti langit.

Indah.. Hanya itu kata yang ingin ku ucapkan.

Melihat pantulan diriku di cernin, aku bergumam, "Separah ini?"

Entah harus tertawa atau sedih, hanya dalam situasi ini aku merasa berguna. Dibutuhkan orang lain hingga tak ada yang ingin meninggalkanku. "Akh.." Aku meringis dengan bodohnya menyentuh perban dibahu kiriku.

"Lagi..." Sudah berapa banyak rasa sakit yang ku lalui dan bekas luka yang kudapat, aku tak bisa lagi menghitungnya. Semua ku lakukan demi mereka. Demi mereka yang masih menganggap dunia mampu bertahan bahkan tanpa mereka didalamnya.

Suara gagang pintu terdengar nyaring dalam keheningan kamar itu. Kamar yang di dominasi warna hitam dan abu-abu itu terasa begitu nyaman untukku yang masih asing ini.

"Kau sudah bangun?" Pria dengan kacamata silvernya datang mendekatiku bersama nampan tipis dari kayu berisi beberapa hidangan. Mencium dari aromanya, jelas ia seorang alpha. Tapi entah mengapa tampilannya sama sekali tak ingin membuat orang lain tahu second gendernya.
Ya.. Aku juga tak begitu mengerti.

"Dimana ini? Bagaimana aku bisa ada disini?" Setelah puas dengan situasi sebelumnya, aku bertanya. Ini mengusikku selama beberapa masa, apakah mereka masih sama seperti atasanku yang dulu. Membutuhkanku untuk melakukan pekerjaan berbahaya.

"Tenanglah. Kau aman disini. Maaf aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Futaba Shinsuke. Namamu?"
Aku diam. Sejujurnya, apa aku punya nama? Sejauh yang aku tahu. Mereka hanya memanggilku dengan sebutan 'omega.

"Kami tidak bermaksud mengurung mu disini. Tapi kami punya alasan khusus, kami harus melindungimu dari alpha di kantorku."

Mendengar secara pasif membuat ku berpikir. Alpha yang selama ini hanya mengincar kemampuanku, apa bisa mereka melindungiku?

Tanpa perlu basa-basi lagi, aku pergi. Mendekati pintu berbahan kayu, kau harap aku akan percaya alasan klasik seperti itu. Sudah ratusan bahkan ribuan kali aku mendengar kalimat itu, aku akan melindungimu. Omong kosong.

"Tu-Tunggu.." Baru saja aku hendak melangkah keluar batas tiba-tiba,

Thud.

Keningku menabrak sesuatu yang cukup keras, apa itu barusan? Mengangkat kepala aku dapat melihat sosok pria tinggi dengan tampilan yang jelas alpha menatapku dingin.

Degh. Degh. Degh.

Bahkan ia yang tanpa sadar mengeluarkan aura dominan untuk mengintimidasiku, berhasil. Keringat dingin melewati pelipisku kala netra kemerahan itu menatapku tajam dengan ekspresi merendahkan.

"Apa yang kau lakukan? Menyingkir dari jalanku..!!" sarkasnya.

Perempatan siku rasanya memenuhi wajahku, dari mana si arogant ini datang? Kulit putihku memerah dibagian tangan menahan amarah. Rasanya aku tahu jika dia membenciku.

"Kau tidak apa-apa kan?" Tanya si megane terlihat cemas. Dengan segera aku menepis tangan besarnya yang hendak menyentuh kening memerahku.

"Kau..?!" Lagi dan lagi aku harus menatapnya, seolah feromonnya memberi perintah padaku untuk menurut. Aku tertunduk.

Omega's AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang