🌼 Bagian Delapan

22 0 0
                                    

Hari ini Alea kesal sekali dengan Adrian. Waktu masih pagi, lagi-lagi Adrian menjemput Nesya ke rumahnya yang katanya jauh itu. Alea bukan kesal karena Adrian pergi bersama Nesya, tapi karena Adrian tidak mengabarinya sama sekali. Alhasil Alea harus naik angkot ke sekolah, dan.. Alea telat! Kalau saja dia bukan anak pemilik yayasan, Alea mungkin tidak akan diijinkan masuk ke sekolah.

Hal yang sama terulang lagi saat pulang sekolah, Alea sudah menunggu Adrian disekolah, tapi cowok itu tidak muncul-muncul juga. Untung Kenzo lewat, jadi Alea bisa menanyakan keberadaan cowok itu. Kata Kenzo Adrian sudah pergi duluan mengantar Nesya pulang.

Alea mendengus malas, berjalan sendirian keluar dari gerbang sekolah sambil menendang beberapa kerikil yang ia lewati.

"Nesya aja terus yang lo pikirin!"

"Awas aja ya lo dateng ke rumah gua minta bikinin sup ayam, gue tendang pala lo!"

Alea menghentak-hentakkan kakinya kesal, "Nyebelin banget sih lo!"

"Alea!"

Alea menoleh,

"Ngapain lo jalan sendirian? Pake marah-marah lagi." Kata Daniel dari atas motor nya.

"Gak ada yang jemput."

"Bareng gue aja."

"Emang gak papa?"

"Yaelah kek sama siapa aja."

Alea mengangguk lalu naik ke motor Daniel setelah memakai helm yang cowok itu berikan. Daniel tersenyum, sambil melihat wajah Alea dari kaca spion, salah satu rutinitas yang selalu cowok itu lakukan saat membonceng gadis itu.

"Hmm.. Niel," panggil Alea setelah beberapa waktu dalam keheningan.

"Kenapa?" Daniel melirik ke kaca sepion.

"Jadi, gue tuh.." Alea tidak tau harus mulai dari mana, "Jadi, tuh besok Adrian ulang tahun." Katanya.

"Oh, mau cari kado ya?" Tanya Daniel, entah mengapa Daniel sedikit merasa tidak suka.

"Iya.."

"Terus lo mau beliin dia apa?"

"Gue mau beliin dia ini," Alea menunjukkan foto sebuah seneakers keluaran terbaru saat Daniel berhenti karena lampu merah.

Daniel diam sebentar, Alea bahkan mau membelikan Adrian sepatu yang harganya selangit. Tapi kemudian, cowok itu teringat lagi. Alea dan Adrian sudah bersahabat cukup lama, dan Adrian tentu saja merupakan seseorang yang penting untuk Alea, dan tentu saja gadis itu menyayangi Adrian.

"Ohh, yaudah, gue tau kok dimana belinya." Kata Daniel sebelum menancap gas dan membiarkan motornya membelah jalan kota Jakarta yang padat.

Tak lama mereka sampai di salah satu toko yang menjual sepatu yang diinginkan Alea. Jangan tanya Alea tau dari mana, karena Adrian pernah tiba-tiba menyondorkan hape nya pada Alea dan memperlihatkan model sepatu itu pada Alea. Alea peka, namun saat itu dia tidak niat untuk meresponnya.

Alea langsung menunjukkan foto itu kepada mbak-mbaknya beserta nomor kaki Adrian, sesuatu yang membuat Daniel termangu.

"Lo hapal nomor kaki Adrian?"

"Iya."

"Ukuran baju Adrian hafal gak?"

"Hafal lah."

"Apa?"

"M."

"Tinggi?"

"188."

KaraferneliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang