🌼 Bagian Empat

25 1 0
                                    

"Kebakaran woy! Kebakaran!" Cowok itu menggebrak meja Alea sekali namun masih tak ada pergerakan dari si empunya meja yang sedang tidur di temani dengan earphone yang menyumpal telinganya.

"Heh monyet ada cicak nih di rambut Lo!"

Alea mendecak kesal, ia mengangkat kepalanya lalu menegakkan badannya saat sebuah tangan menggebrak-gebrak mejanya dengan kasar,  matanya memandang sosok laki-laki yang sudah ia tunggu sedari tadi dengan tatapan tajamnya. Mengalungkan earphone nya di leher gadis itu lalu mendengus malas. "Berisik! Gue jahit tu mulut baru tau rasa!" Ujar Alea sambil mengucek matanya sedangkan Adrian si pelaku hanya terkekeh sambil mengacak-acak rambut Alea yang sudah berantakan menjadi lebih berantakan.

"Eh badut Ancol, Lo tadi mampir kemana aja sih? Gue kan bosen nunggu Lo sendirian di kelas!" Cerca Alea.

"Ye sorry, gue tadi di suruh bantuin Pak Didin ngoreksi ulangan kelas sebelah dulu." Ujar Adrian. "Yaudah pulang yok." Lanjutnya sambil menggandeng lengan Alea.

Alea hanya mengangguk samar, memakai tasnya lalu berdiri dari posisi duduknya. "Aww.." ringis Alea saat merasakan nyeri di bagian lututnya.

Adrian yang hendak melangkah menjadi mengurungkan niatnya lalu mengernyit sambil menatap Alea. "Kenapa?"

Alea menggelengkan kepalanya. "Enggak, gak papa kok." Jawabnya.

Adrian menyipitkan matanya curiga. "Lo gak usah bohong, Lea."

Alea menghela napas pendek, pasalnya ia lupa bahwa Adrian adalah tipe orang yang tidak bisa di bohongi. "Jatoh."

"Kok bisa? Terus kenapa Lo gak ngomong dari tadi ke gue? Gimana kaki Lo sekarang? Bisa jalan?" Tanya Adrian beruntun.

Alea mendengus "Naya tuh satu-satu kek." Ujarnya "Iya, gue bisa jalan kok. Tapi kalo pelan-pelan."

"Yaudah gue gendong aja sini!" Ujar Adrian sambil berjongkok di depan Alea.

"Ehh, gak usah! Gue kan udah bilang masih bisa jalan."

Adrian berdiri dari posisi jongkok nya lalu mengalungkan satu lengan Alea di lehernya. "Yaudah kalo gitu gini aja. Lo nolak lagi gua buang ke kolong jembatan!"

Alea mendecak sebal, namun masih tetap mengalungkan tangannya di leher Adrian, dengan pelan dan telaten Adrian membantu Alea berjalan menuju ke parkiran. Sedangkan Alea berusaha menormalkan detak jantungnya, entahlah ia tidak tau mengapa jantungnya berdetak tak karuan saat Adrian memperlakukannya seperti ini. Apalagi berada sedekat ini dengan Adrian, bahkan Alea bisa mencium aroma parfum khas cowok ini.

Alea duduk di jok mobil Adrian saat cowok itu baru saja membukakan pintu mobil. Lalu di susul Adrian yang baru saja duduk di kursi kemudi. "Kata Bang Aldo Lo di suruh nginep dulu di rumah gue, soalnya dia lagi ada tugas kuliah ke luar kota. Katanya sih mungkin dia pulang lusa." Ujar Adrian membuka suara sambil mulai melajukan mobilnya keluar dari area sekolah.

"Kok dia gak telpon gue dulu sih?" Tanya Alea.

"Katanya Lo udah di telpon, tapi hape lo gak aktif."

Mendengar itu Alea buru-buru mengecek ponselnya yang berada di saku seragam. "Eh iya, hape gue lowbat."

"Kebiasaan."

20 menit kemudian mobil mereka telah memasuki gerbang rumah Adrian yang menjulang tinggi. Rumah bercat putih dengan disain klasik modern siap menyambut saat mereka baru saja turun dari mobil.

Saat memasuki ruang tamu netra Alea menangkap sosok wanita paruh baya yang tak lain adalah Amira, bunda Adrian sedang menatap dengan wajah serius ke arah laptop yang ada di pangkuannya. Lengkap dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.

KaraferneliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang