🌼 Bagian Sembilan

20 0 0
                                    

"Adrian," Suara Nesya terdengar.

"Hah, apa?"

"Kamu sakit ya?" Tanya Nesya. "Kok ngelamun terus?" Gadis itu mengulurkan tangannya, hendak menyentuh dahi Adrian, namun segera ditepis oleh cowok itu.

"Gue gak papa." Kata cowok itu.

Nesya terdiam, lalu menunduk. Entah kenapa ia merasakan sayatan tak kasat mata dihatinya. Adrian tidak segampang itu membiarkan Nesya menyentuhnya. Saat Nesya memegang tangannya saja Adrian masih berjengit.

Adrian nyaris tidak pernah mengizinkan Nesya menyentuhnya, kecuali Adrian sendiri yang melakukannya terlebih dahulu.

Kadang Nesya iri pada Alea. Gadis itu bisa sesuka hatinya melakukan apapun pada Adrian dan Adrian sama sekali tidak merasa keberatan. Kadang, Nesya iri karena Adrian memperlakukannya berbeda.

Adrian yang merasakan perubahan ekspresi dari Nesya akhirnya mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Nesya. "Sorry, gue cuma lagi ga mood."

Nesya mengangguk.

"Senyum dong," Adrian menarik kedua sudut bibir Nesya sehingga membuat gadis itu tertawa. "Lo cantik kalo lagi senyum tau gak Sya."

"Bisa aja," ujar Nesya sambil memukul pelan lengan Adrian.

Di sisi lain, Alea tengah melihat mereka yang sedang asik bercanda di pinggir lapangan. Jujur hati gadis itu sedikit sakit, ia cemburu? Tentu saja, namun mau bagaimana lagi.

Alea menghela napas, "Alea lo gak boleh cemburu kalo dia milih yang lain, itu hak dia. Lo gak punya hak apa-apa buat ngelarang-larang dia, Lo cuma sahabatnya." gumam gadis itu.

Alea mengangkat sebuah panggilan masuk dari ponselnya.

"Kenapa?"

"Al, liptint gue masi ada di elo kan?" Suara Flora terdengar.

"Iya."

"Bawain ke toilet dong!"

"Kebiasaan lo, ntar ada razia lo langsung jadi kek cacaing kepanasan."

"Tenang aja hari ini gak ada razia, bu Febby lagi sawan. Anterin dong yah, lo kan best best best best friend gue."

"Mager nih."

"Buruan Al, kak Bryan mau keluar kelas keburu ada geng lounthe nih ntar liptint gua di todong mereka lagi, kek tau aja gitu liptint gua mehong."

"Iya-iyaa." Jawab Alea dengan ogah-ogahan.

"Oke gue tunggu gece ya beb."

Alea mematikan sambungan telepon nya lalu berjalan menuju ke toilet.

"Alea!"

Alea menoleh, melihat Daniel yang tengah berjalan ke arahnya.

"Apa?"

"Gue tadi—EH AWAS!!" Daniel melotot saat melihat bola berwarna oranye yang tengah melambung dan mengarah pada Alea. Ia segera menarik lengan Alea lalu menangkap bola basket itu.

Alea syok, gadis itu mengerjab-ngerjabkan matanya di balik tubuh gagah Daniel.

"Woi! Lo bisa main basket gak sih!" Daniel berteriak memarahi seorang adik kelas yang tadi tak sengaja melempar bola basket.

"Maaf Kak, gak sengaja." Ujar Adik kelas tersebut sambil mengambil bola basket yang ada di tangan Daniel.

"Yaudah, lain kali kalo main yang bener!"

"Iya Kak."

Daniel menoleh ke arah Alea yang masih terdiam, "Hey, Lo gak papa?"

"Hah, hem gue gak papa. Makasih." Lalu Alea segera pergi dari sana meninggalkan Daniel yang masih menatapnya juga fans-fans Daniel yang semakin menatap Alea dengan tatapan sinis.

KaraferneliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang