S a t u

203 25 15
                                    

Jangan berharap pada tahun.Berharaplah pada Tuhan.❞

-Kau Pilih

°
°
°

[JUMAT 01/01/2021]

Sudah tiga jam lamanya perempuan itu duduk disisi ranjang pasien.Dia menggenggam tangan besar laki-laki yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.Terhitung sudah seminggu lebih laki-laki itu tak sadarkan diri lebih tepatnya koma.Di ruangan itu hanya ada mereka berdua dan suara alat penunjang kehidupan laki-laki itu.

"Huhh," terdengar suara helaan nafas yang keluar dari bibir perempuan itu.

"Abang kapan bangun?Nanti malam tahun baru loh.Katanya Abang mau ajak adek lihat kembang api," tatapan mata perempuan itu yang tadinya kosong berubah menjadi sendu.

Ceklek...

"Ara kamu pulang dulu istirahat biar mamah yang jaga Abang kamu," kata Nimas yang memasuki ruang ICU.

"Iya,mah Ara pulang dulu," Tamara mengambil slingbag nya yang dia taruh diatas sofa.

Setelah keluar dari ruangan itu Tamara berjalan menyusuri lorong rumah sakit.Sambil sesekali menyapa dokter dan perawat yang dia kenali.

"Tamara," panggil seseorang yang berada didepannya.Dia dokter Gilden salah satu teman baik abangnya.Sekaligus psikolog pribadinya.

"Iya ada apa dok?" Tamara tersenyum sambil menatap Gilden yang berada tepat didepannya.

"Ini lilin aroma terapi buat kamu.Saya tahu akhir-akhir ini kamu kesulitan untuk tidur," Gilden menyerahkan paper bag berwarna coklat yang dibawanya kepada Tamara.

"Makasih dokter," Tamara menerimanya dengan senang hati.

"Bisa tidak jangan memanggil saya dokter ketika kita sedang berdua saja," pinta Gilden.Membuat Tamara mengerutkan dahinya samar.

"Panggil saya abang seperti kamu memanggil Eros dan teman-teman abangmu yang lain," kali ini Gilden menatap Tamara tepat dimatanya.

"Nggokey," Tamara merasa sedikit salting hanya sedikit.

"Kamu mau pulang?" tanya Gilden sambil memperhatikan Tamara.

"Ehee iya mau pulang ini," Tamara memegang tali slingbag nya.

"Mau saya antar?" Gilden menatap jam tangan ditangan kirinya.

"Nggak usah bang,makasih.Tamara pergi dulu dadah bang Gilden," Tamara berlari kemudian berbalik ke belakang untuk melambaikan tangan kepada Gilden.

Jangan kayak gitu Tamara.Kamu membuat saya jadi makin suka sama kamu.

Gilden tersenyum kecil saat melihat kelakuan Tamara yang ada-ada saja.Sedangkan Tamara menghembuskan nafasnya setelah sampai dibelokkan koridor rumah sakit.

⚖️

Tamara mandi kemudian merebahkan tubuhnya diatas ranjang king size miliknya.Matanya menatap ke atas.Dia bukan sedang melamun hanya sedang memikirkan sesuatu.Mengusap wajahnya dengan kasar.Kemudian berguling-guling diatas ranjang.

Love is another PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang