T i g a

122 23 5
                                    

Dia tidak meninggal,hanya saja dia pergi ke tempat yang lebih baik❞

Arbian Dimas Sastrowardoyo

°
°
°

[Kamis,04/02/2021]

Hari ini gw pengen jalan-jalan sama Bian.Sebenernya gw tahu Rasila gabut pengen nyuruh gw buat ke apartemennya.Tapi gw pura-pura nggak peka aja deh.Soalnya abis insiden gw lihat Bima kissing terus Arkhan tutup mata gw itu.Sorenya Rasila badmood gara-gara Raskal jdi dia ngajak gw keliling mall dari pulang sekolah sampe jam 8 malam.Cuma beli Boba doang selebihnya jalan sampe kaki gw rasanya seperti mau patah.

Jadi hari ini tu niatnya mau luangin waktu buat Bian.Rasa-rasanya udah lama juga gw nggak jalan sama dia.Padahal rumah kita sampingan kamar kita juga hadap-hadapan.
Mentok-mentoknya sih tengah malem kita saling curhat di balkon kamar.Kalau nggak ya gw masuk kamar dia udah rebahan aja di atas kasur gw.No have akhlaq banget emang tu anak rasane pengen tak hih.Btw,si Bian pasti sekarang lagi ngedumel diatas motor nihh.

"Woy klepon kelamaan dandan lo.Keluar cepetan pegel nih gw nunggu in," teriak Bian dari halaman depan rumah.

"Macak matamu!Akui loh lagi rep nganggo sepatu," aku keluar sambil menenteng sebelah sepatunya.

"Helm mu mana?" tanya Arbian.

"Lupa," aku menepuk dahi ku dengan pelan.

"Ambil dulu sana," suruhnya membuatku masuk ke dalam rumah.

"Iya bawel," kata ku.

Aku keluar rumah memakai helm Cargloss.Tak lupa aku mengunci pintu rumah.

"Uwis rung?" tanya Arbian ketika aku sudah naik ke atas motor.

"Uwis," jawab ku sambil membenarkan posisi helm yang aku pakai.

"Yo gek medun," suruh Arbian kepada ku.

"Si alan," umpat ku tak lupa aku menyonyor helmnya.

"Hus tak tapuk lo lambe mu," meloleh ke belakang lalu menatapku dengan tajam.

"Pice pice," meringis sambil berpose dua jari.Arbian diam tak berkata-kata.

"Bi kita mau kemana?" aku memiringkan kepalanya menatap Arbian dari kaca spion.

"Bi?Di telinga gw rasanya kok lain.Rasanya kayak aneh.Biasanya lo pangil gw lemon," Arbian menatap Tamara sekilas dari tempat yang sama.

"Hem iya maap.Btw,kita mau kemana?" aku sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Terserah," jawab Arbian cukup membuatku kesal.Sehingga aku menepuk bahunya cukup keras.

"Aduh kasar amat sih pon," Arbian mengaduh aku sih bodo' amat.

"Bodo'amat," memutar bola mataku dengan malas.

"Pon minggu depan papa pulang dari dinas.Lo mau oleh-oleh apa gitu nga?" katanya setelah kita terdiam cukup lama.

"Mau nyogok ceritanya?" aku nggak nuduh niatnya cuma bercanda.

Love is another PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang