E m p a t

83 14 8
                                    

Semesta terlalu sering bercanda,menghadirkan rasa tanpa aba-aba.Setelahnya memberikan luka tanpa jeda❞

—Sakha Arkhan Wiratama

°
°
°

[Senin,19/04/2021]

Aku heran kenapa dia sering menagisi laki-laki yang dia cintai dengan sepenuh hati.Namun, membencinya setengah mati.

"Amara lo ngapain duduk sendirian di situ?" tanya ku yang berdiri tak jauh darinya.

"Biasa gw lagi lihat in ikan," Amara tak menatapku dia malah menatap langit.

"Lihatin ikan kok mata nya natap ke atas?" aku mengerutkan keningku lebih tepatnya pura-pura tidak tahu.

"Ehh anu apa itu tadi mata gw kelilipan," katanya yg lebih mirip orang kagok daripada orang ngeles.

"Ouh,"aku hanya berohria.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Amara kini dia menatap mataku.

"Tadi habis dari gudang," jawab ku dengan jujur.Aku memang pergi ke gudang tadi menaruh buku-buku yang sudah tidak terpakai.

"Arkhan kaki lo sakit?" tatapan mata Amara jatuh di kaki ku.

"Ha?" aku yang lola.

"Bisa jalan?" tanya Amara lagi.

"Bisa," sebelum menjawab aku mengerutkan keningku samar.

"Ayo kemana?" Amara berkata dengan antusias.

"Kemana aja," kataku.

Tamara menarik pergelangan tangan ku menuju ke semak-semak yang berada dipojok taman belakang.Jantungku berdetak dengan kencang.Sungguh aku belum pernah berpegangan tangan dengan perempuan selain keluarga ku.

"Kita ngapain disini?" aku sedikit keheranan melihat dia menyingkirkan tanaman yang menggantung di dinding.

"Naik," suruhnya kepada ku.

Di depan kami terpampang sebuah tangga rahasia yang minimalis.Aku sedikit tercengang melihatnya.Namun, aku segera naik ke atas.Begitu pula dengan Amara. Setelah sampai di atas dia menyusun tanaman gantung tadi seperti semula.

"HEI KALIAN MAU BOLOS?!!" teriakan pak Susanto membuatku mengalihkan pandangan ku dari Amara.Di bawah sana Pak Susanto menatap kami dengan galak.

"Si bapak mah aneh udah tahu kita teh mau bolos malah ditanya," sahut Tamara yang berada samping ku.

"Arkhan cepetan lompat!Lompat ke bawah jangan lihat pak Susanto.Nanti kita bisa di lemparin pakai biji lengkeng" suruh Amara kepadaku.Aku segera melakukannya

"Arkhan awas minggir gw mau lompat," suruh Amara yang masih diatas tembok.

"Nggak,lo loncat aja gw tangkap," kataku padanya.

"Gw berat Arkhan," dia kelihatan ragu.

"Loncat," pintaku.

Love is another PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang