L i m a

71 12 14
                                    

❝Sebaik apapun caramu berpamitan yang namanya perpisahan akan tetap terasa menyakitkan❞

-Nimas Putu Amerta Sadajiwa

°
°
°
[Selasa,20/04/2021]


Perempuan itu berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit.Di belakangnya ada kedua temannya yang mengikuti dengan setia.Tak lama kemudian sampailah mereka di depan ruang rawat yang pintunya tertutup dengan rapat.Di depan ruangan itu ada seorang wanita paruh baya yang menunggu dengan cemas.

"Mamah," wanita paruh baya itu langsung berdiri dari duduknya.

Saat mengetahui putrinya sudah datang wanita itu langsung berdiri.Kedua perempuan yang berbeda usia itu saling berpelukan saling menguatkan.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan keluarlah seorang dokter.

"Dok Abang saya baik-baik saja kan?"

"Pasien meminta keluarganya untuk masuk ke dalam,"

Tamara dan Nimas langsung masuk ke dalam ruang rawat tanpa basa basi.

"Nak,"

Eros menoleh ke arah suara dengan tatapan mata yang tak lagi bersinar.

"Mah,"

"Iya nak mamah disini," Nimas mendekat di sisi ranjang Eros.

"Maafin Abang ya mah.Abang belum bisa jadi anak yang berbakti sama mamah.Belum bisa jadi anak yang baik.Abang sering marah-marah sama mamah kalau Abang capek.Harusnya Abang nga gitu karna kalo Abang cape pasti mamah jauh lebih capek," Eros tersenyum namun tatapan matanya kosong.

"Enggak Abang anak baik nggak boleh ngomong gitu.Mamah tau Abang nga sengaja marah ke mamah," Nimas mengelengkan kepalanya kemudian mengusap rambut anaknya dengan sayang.

"Dek,"

"Bang jangan sekarang," pinta Tamara.

"Dek maafin Abang belum bisa jadi abang yang selalu ada buat kamu.Belum bisa jadi abang yang kamu harapkan.Abang suka jail in kamu abang belum bisa ngelindungi kamu.Yang perlu kamu tahu abang sayang banget sama kamu.Abang mau cuci darah kamu baik-baik ya sama mamah.Maaf ya dulu Abang nggak pernah dengerin kamu waktu kamu nasehati Abang untuk berhenti merokok," kali ini Eros menoleh ke arah Tamara.

"Bang jangan minta maaf terus kenapa sii.Biasanya juga nggak pernah gini," kata Tamara dengan mata berkaca-kaca.

"Mah Abang pergi dulu cuci darah,"

"Nak nga bisa nanti aja kah?Abang baru sadar beberapa jam yang lalu loh," Nimas seperti memiliki feeling yang entahlah.

"Tidak bisa ibu kondisi pasien bisa saja semakin memburuk.Jika proses pencucian darah tidak segera dilakukan,"

"Mari,"kata dokter itu memberi kode kepada para perawat untuk memindahkan brankar Eros ke ruang cuci darah.

Mereka pun berjalan mengikuti Eros sampai di depan ruang cuci darah.Sebelum masuk ke ruang cuci darah Eros meminta untuk berhenti sejenak.Karna dia ingin berbicara dengan adik perempuannya.Tamara pun mendekatkan telinganya ke bibir Eros dan mendengar abangnya berbisik.

"Abang nggak tau apakah setelah ini Abang masih bisa jagain kamu atau enggak.Kalau nanti Abang nggak bisa jagain kamu abang yakin bakal akan ada orang yang bisa jaga kamu melebihi Abang.Jangan lupa cari papah dan bawa ke Abang ya.Abang yakin kalo papah masih ada.Take care,adik manis jaga mamah sama jaga diri sendiri ya.Abang sayang sama kamu cup..,"Eros mencium pipi kanan Tamara.

Love is another PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang