❝I know you're not okay. But I can't force you to make up stories❞
—Rasila Ananta
°
°
°
[Minggu,02/05/2021]
Seminggu sudah berlalu sejak kejadian di malam itu.Tak ada yang mengetahui adegan pemerkosaan itu terkecuali Tamara.Bima hanya mengingat seklibet bayangan perempuan yang dia tiduri di ranjang apartemen nya.Namun dia tidak bisa mengingat wajah perempuan itu dengan jelas.Dia selalu terbayang apa yang ia lakukan pada perempuan itu.Yap,Bima memecah keperawanan gadis itu di apartemennya.Hal itu terbukti dengan di temukan nya noda darah di atas seprai tempat tidurnya.Pagi itu Bima langsung menganti seprai tanpa bantuan siapapun.Sejujurnya dia tak mau Arkhan mengetahui ini.Karena orang tuanya meminta Arkhan untuk memantaunya dan juga Arkhan sudah mewanti-wanti untuk tidak membawa gadis manapun masuk ke dalam apartemennya."Ngelamun lagi lo berdua kenapa sii?"tanya Devon yang baru saja datang untuk bergabung dengan mereka di kantin.
"Nah iya tu kenapa?"sambung Angkasa yang tidak begitu dingin seperti dulu.
"Gpp," jawab Arkhan dengan santai.
"Gw laper mau makan bakso aja," kata Bima sebelum akhirnya memasukkan satu suap bakso ke dalam mulutnya.
"Ck laper kok cuma aduk-aduk bakso kaga di makan dari tadi," sindir Liam.
"Huh hue huk," baru juga makanan itu sampai di tenggorokan.Namun, rasanya Bima ingin memuntahkannya.Ia lantas menutup mulutnya lalu berlari menuju kamar mandi terdekat.
"Kenapa tu anak?" tanya Nial yang sedari tadi diam pada Raskal yang kebetulan duduk di samping Bima.Raskal hanya mengedihkan bahunya dengan acuh.
"Aneh baget ," celetuk Erlan yang dari tadi sibuk dengan curos nya.
"Susulin gih," suruh Arkhan pada Bara.
"Aelah gw lagi," Bara menaruh sumpitnya kemudian berdiri membawa sebotol air mineral.
Arkhan menyuruh Bara bukan tanpa alasan.Ia menyuruh Bara karena kebetulan dia sudah menghabiskan mangkok mie ayam yang kedua.Kan udah di bilangin walaupun porsi makanan Bara kayak kuli tapi bentuk badannya sabi lah di adu.
"Kenapa lagi lo?" Bara bersandar di pintu masuk toilet.Memperhatikan Bima yang memuntahkan cairan lendir berwarna putih kekuningan.
"Huwek....huk...huwek......"
"Bantu in kek malah di tonton doang," kata Bima yang membuat Bara langsung berjalan ke arahnya.
"Lo masuk angin?"
"Kayaknya sih iya.Semalem gw ujan-ujanan pulang dari bescham," Bima memijat tengkuknya.
"Nih minum," Bara menyodorkan sebotol minuman yang sudah terbuka kemasannya.
"Mendingan?"
"Iye,tapi badan gw jadi lemes," keluh Bima pada Bara.
"Salah siapa ujan-ujanan," Bara menyalahkan Bima.
"Biasanya gw ujang-ujanan nggak pernah sampe kyak gini Bambang," kesal Bima pada Bara.
"Terserah gw mo balik makan," kata Bara acuh tak acuh.
Sepeninggalan Bara,Bima masih berdiri di depan wastafel sedikit menunduk.Berkumur-kumur kemudian mencuci muka.Dia menatap kaca sambil merapikan rambutnya.Kemudian keluar dari dalam toilet.
"Hai kak Bima," sapa adik kelas yang Bima ketahui bernama Avinka.Dia tahu karena melirik bet yang berada seragam adik kelas itu.Tepatnya di atas dada sebelah kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is another Pain
Teen Fiction"Ternyata cinta habis di orang yang belum sempat jadian itu emang beneran ada,"-Tamara Sazanova Tamara adalah gadis paling ceria yang pernah orang-orang temui. Dia bisa menjadi apa saja yang ia mau. Tapi tidak untuk bersama dengan Nararya Bima Aiswa...