Maaf banyak typo
Wajah Rahwana saat ini pucat bagai mayat hidup. Gurat lelah di setiap sudut wajahnya terlihat jelas; kantong matanya sangat besar, dan kedua matanya memerah saat ini. Memerah bagai cabe.
Bukan! Bukan memerah karena amarah. Tapi sudah 2 hari artinya sudah 48 jam mungkin hanya 4 jam Rahwana tidur.
Rasa mual, dan ingin terus meludah. Membuat tidur Rahwana tidak nyenyak.
Dan tidak hanya itu saja, anaknya Gyan 2 hari ini rewel. Bahkan sangat rewel setelah bayi itu di pisahkan dari ibu kandungnya.
Gyan rewel karena lapar, dan haus. Dari mana Rahwana tahu? Jelas, Rahwana tahu. Sudah 2 hari ini Gyan tidak terlalu mau menyusu.
Lebih tepatnya walau Rahaana sudah membeli bermacam-macam merk susu formula, dan yang paling mahal sekalipun anaknya Gyan tetap menolaknya.
Gyan tidak suka minum susu formula, sepertinya. Dan karena hal itu, tubuh Gyan yang sangat sehat 2 hari yang lalu, bobot tubuhnya sudah turun, pipinya tidak segembil 2 hari yang lalu. Dan saat ini saja, dalam gendongannya pengasuhnya, anaknya Gyan sedang rewel hebat saat ini.
Membuat beban pikiran Rahwana semakin banyak. Dan kepala Rahwana rasanya ingin pecah saat ini. Mamanya nanti siang akan datang kemari, dan tinggal dengan mereka dalam waktu yang tidak mama, dan papanya tentukan.
Apa... apa yang harus Rahwana katakan apabila mama dan papanya melihat pipi gembil Gyan, dan wajah Gyan yang sudah terlihat kecil?
Di gigit nyamuk saja, dan ada bentol kecil di tubuh Gyan apabila Shera ceroboh satu bulan yang lalu atau dua minggu yang lalu, mama dan papanya marah besar, dan seakan ingin menghilang dari Belanda sana , dan tiba-tiba berada di samping cucunya.
"Masss, tolong, Mas. Sedikit saja aku nggak tidur, mungkin aku akan serangan jantung, tolong suruh pengasuhnya bawa Gyan keluar sebentar, Mas. Kasih aku waktu 30 menit saja untuk tidur,"Ucap suara itu dengan nada lemas tapi tersirat rasa amarah yang besar.
Itu suara Vera yang sedang berbaring membelakangi Rahwana dan Gyan yang di gendong pengasuhnya di atas ranjang sana.
Dan Rahawna? Mendengar ucapan isterinya Vera, mengusap, dan menyugar rambutnya kasar. Tidak hanya dirinya yang kewalahan, dan kurang tidur, tapi isterinya Vera juga. Karena kerewelan Gyan.
"Hanya 10 menit, dan kalau kamu nggak lupa, kita mau ke dokter anak pagi ini, Vera...."Ucap Rahwana mau tidak mau dengan nada tegas, dan dinginnya di balas dengan pukulan keras Vera pada ranjang kosong yang ada di sampingnya.
"10 menit lagi kita akan ke rumah sakit, coba tenangkan Gyan di luar. Mules perut saya dengar tangisannya,'"Ucap Rahawana dengan nada dinginnya, dan Rahwana mengibas kasar tangannya untuk mengusir dua baby sitter yang ia sewa untuk anaknya, Gyan. Agar segera membawa Gyan keluar dari kamarnya. Berisik!
Dan Rahwana pura-pura tidak melihat, anaknya Gyan yang barusan muntah yang sangat banyak membuat dua pengasuhnya memekik tertahan. Bahkan muntahan Gyan membasahi lantai putih yang ada di bawah sana, dan lagi, dan lagi, Rahwana pura-pura tidak melihatnya.
Rahwana capek. Capek mengurus Gyan. Capek mengurus anak itu yang sangat rewel sekali bahkan membuat Rahwana ingin muntah di tempatnya saat ini, tapi untung saja, Rahwana mampu menahannya, dan menumpahkan muntahannya di dalam closet.
"Sial!"Umpat Rahwana pelan sambil menatap jijik kearah muntahannya yang lumayan banyak di dalam closet. Dua lembar roti tawar yang ia makan subuh tadi, barusan sudah keluar semua dari mulutnya menjadi muntahan menjijikkan.
Kemarin sore, diam-diam Rahawana sudah memeriksakan dirinya ke Dokter. Dokter mengatakan kalau Rahwana sedang mengalami morning sickness. Membuat Rahwana tertawa terbahak-bahak kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shera
RomanceShera maupun Tante Shera yang akan membesarkan, dan tinggal dengan Shera di kota setelah kedua orang tua Shera meninggal karena kecelakaan kerja di kampung. Merasa menyesal. Terlebih Shera yang seribu kali lipat menyesali kenapa Tante Tania menyu...