LIMA

18K 1.1K 112
                                    

Mulai hari ini dan seterusnya shera akan up setiap harii😊

Maaf banyak typo

Kedua lutut Shera lemas, nafasnya juga tersengal-sengal saat ini membuat Shera dengan perlahan sudah meluruh di atas lantai. Tepat di samping kanan box bayi nya yang masih terlelap hingga saat ini.

Kedua bibir tipis, dan merahnya basah. Basah telak oleh air ludah laki-laki itu, Rahwana.

Munafik! Teriak Shera dalam hatinya. Beberapa saat yang lalu, laki-laki itu mengatakan tidak akan pernah mau menyentuhnya lagi, tapi apa yang Shera dapatkan 5 menit yang lalu?

Di saat Shera keluar dari kamar mandi dengan daster lengan pendek, dan sepanjang lutut. Tanpa babibu Rahwana langsung mencium, dan mempermainkan kedua bibirnya lama bahkan membuat Shera rasanya ingin mati karena kehabisan nafas.

Dan saat ini, shera terlihat menggelengkan kepalanya panik, wajahnya yang memerah seketika sudah pucat pasih di saat Shera kembali terngiang-ngiang ucapan Tuan Rahwana beberapa saat yang lalu.

"Tidak!"Jerit Shera tertahan sambil memeluk perutnya kuat.

Laki-laki itu, ayah anaknya Gyan sedang ke apotik untuk membeli pil Kb untuknya. Dan Shera tidak akan, dan mau meminumnya.

Nanti anaknya bisa cacat, dan yang lebih buruk lagi anaknya bisa keguguran. Shera... Shera tidak sejahat, dan sekejam.

Melihat anaknya sebentar, dan anaknya masih terlelap dengan damai. Shera... shera segera berlari menuju lemari 3 pintu yang ada dalam kamarnya.

Ada baju dirinya, dan juga ada belasan pasang baju Tuan Rahwana.

Tapi, bukan baju yang ingin Shera ambil melainkan Shera ingin mengambil beberapa ikat uang yang ia dapatkan ah lebih tepatnya yang Rahwana lemparkan untuk dirinya selama 1 tahun yang sudah berlalu.

Dengan tangan gemetar, Shera mengambil uang yang ada tepat di samping bajunya yang tersusun dengan rapi.

Langsung 4 ikat uang bewarna merah, dan per satu ikatnya uang itu berjumlah 100 juta.

"Aku... Aku nggak curi kan kalau ambil uang ini, Tuhan?"Bisik Shera dengan suara bergetarnya

Dan bisikan Shera segera di jawab oleh gelengan kuat kepalanya sendiri.

"Kamu nggak curi. Uang itu di beri untuk kamu, Shera.... "Ucap Shera dengan nada tegasnya pada dirinya sendiri.

Memang, uang itu adalah uang yang di berikan Tuan Rahwana untuk dirinya. Shera tidak mau mengambil, Shera takut uang itu di jadikan sebagai uang untuk bayaran tubuhnya yang selalu di tiduri oleh Tuan Rahwana. Shera bukan pelacur.

Tapi, untuk saat ini, apa peduli Shera? Mau uang itu untuk membayar tubuhnya, Shera... Shera tidak peduli. Yang Shera pedulikan saat ini adalah calon adiknya Gyan, dan Shera harus segera kabur saat ini juga dari apartemen ini.

Tidak ada tas kecil, dan tidak ada plastik membuat Shera dengan tangan gemetar, memgambil gendongan anaknya, dan memasukan 4 ikat uang ke dalam gendongannya itu.

"Gyan..."Bisik Shera melihat kedua mata bulat jernih anaknya yang sudah terbuka saat ini tapi anaknya tidak menangis sedikitpun membuat Shera lega. Anaknya Gyan malah tertawa-tawa dengan tatapan yang menatap lurus padanya, dan anaknya Gyan semakin tertawa di saat Shera mulai mengambil, dan menggendong tubuh montoknya , dan memasukannya dengan sedikit susah ke dalam gendongan batiknya .

"Jangan nangis, dan rewel, mama mohon."Bisik Shera dengan wajah memelas pada anaknya yang masih setia tertawa dan tersenyum dalam gendongannya saat ini.

Dan Shera saat ini sudah berada tepat di depan pintu. Tangannya yang mengulur ingin membuka pintu, hanya melayang di udara di saat Shera kembali terngiang-ngiang ucapan, dan ancaman Tuan Rahwana 3 bulan yang lalu di saat Shera hampir kabur tapi berhasil di temukan kembali oleh Tuan Rahwana.

"Wanita bernama Tania. Keluarga satu-satumu yang tersisa akan mati di tanganku, Shera. Silahkan kamu kabur lagi setelah ini, dan bawah lah , Gyan. Dengan uangku aku bisa membuatmu mendekam sampai busuk di dalam penjara. Kamu membawa kabur anakku, pewaris tunggal semua kekayaan yang dimiliki oleh keluarga besarku."

Kedua mata Shera yang terpejam segera terbuka bahkan membuat shera terlonjak kaget dari tempatnya. Kepala shera menggeleng keras, dan Shera dengan susah payah sontak menggosok, dan mengelus telinganya. Tuan Rahwana... Tuan Rahwana seakan ada tepat di samping shera beberapa saat yang lalu.

Tapi, di saat Shera menoleh tidak ada Tuan Rahwana. Hanya perasaan Shera karena rasa takut yang besar sedang menguasai diri Shera saat ini.

"Tapi, apa peduliku kalau nyawa dan keselamatan anakku terancam. Anakku mati, dan cacat lebih baik aku mati."

"Dari pada di jadikan pelacur, di kurung terus di tempat ini, lebi-----,"

Shera tidak melanjutkan ucapannya. Karena tangannya dengan gemetar sudah memegang gagang pintu.

Ya, Shera memilih akan kabur saja dengan anaknya Gyan dan juga dengan anak yang sedang ada dalam kandungannya saat ini. Tapi, berkali-kali shera mencoba membuka pintu. Pintu tidak mau terbuka sedikitpun.

"Laki-laki kejam itu sudah... sudah mengganti pasword pintunya, Gyan"

"Kita nggak bisa keluar. Papamu... papamu sudah mengganti pasword pintunya...."Ucap Shera dengan nada bergetarnya, kedua matanya yang berkaca-kaca sedari tadi, kini sudah mengeluarkan airnya.

Tubuhnya yang ada tepat di depan pintu perlahan sudah melangkah mundur.

Tapi, brak. Di saat shera mendengar ada pintu yang di banting, shera segera menoleh keasal suara.

Shera menegang kaku di saat shera melihat pintu yang ada di balkon sana terbuka, dan tertutup di bawah oleh angin yang sepertinya berhembus sangat kencang saat ini.

Dengan langkah pelan, dan menelan ludahnya kasar. Shera... Shera melangkah mendekati pintu balkon itu.

Balkon yang apabila shera lihat ke bawah. Maka pemandangan banyak mobil, dan motor akan menyapa kedua mata Shera yang sedang di parkir oleh tuannya.

"Gyan..."Bisik shera sambil menggigit bibir bawahnya kuat.

Dan Shera melihat kearah anaknya. Anaknya Gyan yang kembali sudah memejankan kedua matanya lagi, dan sudah tertidur saat ini.

Dan Shera dengan langkah lebar dan terburu segera menuju kamar mandi. Sudah 11 menit berlalu. Apotik ada tepat di depan apartemen ini yang ada di seberang jalan raya. Pasti Tuan Rahwana akan segera kembali, membuat Shera saat ini dengan gayung yang berisi air yang di ambil di kamar mandi sudah berjalan lebar menuju balkon.

Shera yang takut ketinggian, dengan nyeri menatap kearah bawah.

Dan Shera menahan nafasnya kuat di saat Shera melihat ada seorang laki-laki tinggi tegap, perawakan 11 12 seperti perawakan, dan bentuk tubuh Tuan Rahwana. Berdiri di samping pintu mobilnya yang sudah terbuka dan di tangannya ada ponsel yang sedang di tempelkan di telinganya, laki-laki itu sedang mengobrol dengan seseorang lewat ponsel.

"Kita... kalaupun kita mati, anak-anak, Mama. Kita mati sama-sama saja nanti..."Bisik Shera dengan suara bahkan seluruh tubuh yang bergetar hebat dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Menatap wajah anaknya Gyan sebentar, lalu menarik nafas panjang , dan di hembuskan dengan perlahan oleh Shera.

Shera... Shera dengan sekali tarikan nafas panjang, dari lantai 11 ini sebisa mungkin mengarahkan air satu gayung penuh yang ada di tangannya agar jatuh tepat di kepala, dan seluruh tubuh laki-laki itu bukan hanya air yang Shera lempar. Tapi air dengan gayung-gayungnya.

Dan dengan kedua lutut yang semakin bergetar hebat Shera menatap kebawah lagi, dan jantung shera rasanya ingin terlepas dari rongannya di saat laki-lali tinggi tegap yang ada di bawah sana mendongak, dan menatap dengan tatapan marah bahkan sangat marah padanya.

Dan shera?

Dengan kedua tangan yang menyatu di depan tubuh anaknya yang ada gendongan.

Meminta tolong tanpa suara, dan kedua mata yang sudah mengalirkan airnya banyak pada laki-laki yang ada di bawah sana. Dan dapat Shera lihat, wajah marah yang tercetak jelas pada wajah laki-laki yang ada di bawah sana kini berganti dengan raut bingung, dan penuh tanya.

Tapi, di saat Shera berteriak lantang, dan sangat keras meminta tolong.

Dapat Sheera lihat. Tubuh laki-laki yang ada di bawah sana menegang kaku.

Tbc!

SheraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang