11 ; Bonus Story ✨

167 33 2
                                    

"Seokjin, ini nan—"

"Bentar ya, Jung. Aku masih sibuk. Makalahku belum selesai," sahut Seokjin dengan nadanya yang terdengar tak bersahabat.

"Oh oke, maaf."

Sojung memilih undur diri dan keluar dari kamar Seokjin. Ya, mereka berdua memang mendapat tugas makalah dadakan yang harus menjelaskan anatomi manusia dan dikumpulkan malam ini.

Sojung pikir sebelumnya menjadi mahasiswa itu enak. Sedikit bebas dari masa sekolah. Namun nyatanya tidak. Mental kita rasanya lebih diuji dengan tugas-tugas mendadak dan deadline yang tidak lama.

Dia bersyukur makalahnya bisa selesai daritadi dan dia sudah mengumpulkannya. Rasanya dia ingin membantu Seokjin, namun lelaki itu menolak karena mempunyai prinsip akan selalu mengerjakan sesuatu berdasar kemampuannya sendiri.

"Ku rasa, Seokjin masih sibuk, Ibu," ujar Sojung ke sang ibu. "Tidak apa, akan ku belikan sendiri garam dan gulanya."

"Tapi tempatnya jauh, Sojung. Kau kan juga tidak bisa mengendarai motor," jawab Ibu Seokjin. "Aish, sesibuk apa sih lelaki itu sampai menolak keinginanku? Akan ku beri pelajaran dia."

"Aduh, Ibu jangan," lirih Sojung, namun tak diindahkan oleh sang ibu. "Ibu, sungguh aku bisa naik ojek online."

"Seokjin!" teriak sang ibu sampai membuat Seokjin menoleh. "Kenapa tidak mau membantu ibu?!"

"Ibu, sungguh aku sedang sibuk. Kenapa tidak mengerti sih?"

"Oh ayolah, Seokjin. Tidak biasanya kau begini, cuma meluangkan waktu sebentar kok. Antarkan Sojung beli garam dan gula di minimarket luar komplek," jelas Ibu Seokjin.

"Ibu, ku rasa Sojung pergi sendiri pun dia tidak akan keberatan," balas Seokjin tak mau kalah. "Kalau perlu aku akan memesankannya taksi online kenalanku."

"Seokjin-Seokjin, kau ini semenjak kuliah suka membangkang dengan ibu. Sojung saja sering membantu ibu tapi tugasnya cepat selesai, justru kau? Ibu tidak tau apa yang kau kerjakan!" ucap Ibu Seokjin marah. "Kau ini tidak ada mirip-miripnya dengan ibu atau ayahmu yang bekerja giat, justru Sojung yang---"

"CUKUP, IBU!" teriak Seokjin akhirnya. Cukup membuat Sojung yang baru tiba di depan kamar Seokjin terkejut dan memilih bersembunyi di balik pintu kamar untuk mendengarkan percakapan yang cukup sengit antara ibu dan anak itu.

"Jelas saja aku dan Sojung berbeda! Sangat tidak fair membandingkan aku dengan Sojung yang bisa segalanya menurut ibu. Kalau begitu, jadikan saja Sojung sebagai anak kandung ibu dan aku sebagai anak angkat ibu! Kalau bukan saja karena aku, Sojung tidak akan di sini dan mungkin dia akan mengemis di jalanan!" marah Seokjin. "Semenjak Sojung ke sini, ibu cenderung mengabaikanku, lebih memperhatikan Sojung dan Umji daripada aku! Kalau aku tau akhirnya akan begini, lebih baik aku tidak menolong Sojung waktu itu dan membawanya ke panti asuhan saja!"

Sojung yang mendengar di balik pintu itu tak bisa menahan air matanya lagi, gadis itu memilih untuk berlari pergi namun sialnya ia menyenggol toples plastik hingga jatuh dan menyebabkan bunyi yang cukup membuat Seokjin dan sang ibu menyadari, ada yang mendengar mereka di luar.

Raut wajah Seokjin langsung berubah panik. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri mengapa harus berbicara sampai seperti itu. Dia sangat berharap bunyi itu bukan dari Sojung, dia tidak ingin gadis itu mendengar apa yang ia bicarakan.

"Orang aneh itu memang--- loh, Kak Sojung mau kemana? Kok nangis?" Umji yang baru saja pulang sekolah dan mendumel berganti menjadi menatap Sojung khawatir.

Nyatanya, Sojung dengan mata berkaca-kacanya itu tidak menghiraukan perkataan Umji dan tetap berlari ke luar rumah.

Tak lama kemudian Umji terkejut melihat Seokjin dengan raut muka yang khawatir. "Liat Sojung dek?"

"Iya sih, lari keluar sama nangis. Udah ku tahan tapi tetep keluar," balas Umji.

"Sial."

"Ada apa sih?" gumam Umji heran.

Entah apa yang membawa Sojung ke tempat ini, yaitu taman di area perumahan ini. Taman ini dekat dengan sungai, banyak ayunan yang dapat diduduki untuk menikmati angin sepoi-sepoi sore.

"Seharusnya aku sadar kalau sudah memberatkan mereka semua," gumamnya sambil terisak. "Dasar Sojung bodoh!"

"Setelah ini, aku akan pergi ke panti asuhan saja atau kembali ke rumah sendirian. Agar tidak merepotkan siapapun."

Setelah asik berbicara terhadap diri sendiri, Sojung masih saja terisak. Dia tidak bisa berbohong kalau dia merasa sakit hati dengan ucapan Seokjin. Tapi, seharusnya sejak awal Sojung tahu diri. Pasti pada akhirnya Seokjin dan ibunya tidak perlu bertengkar, begitu pikir Sojung.

Sojung benar-benar terkejut saat tiba-tiba mendapati Seokjin duduk di hadapannya saat ini. "Sojung, maafkan aku."

"Maaf untuk apa? Kau tidak salah apapun kok. Seharusnya memang sejak awal aku yang sadar diri, kalau aku---"

"Tidak, jangan dilanjutkan," sahut Seokjin. "Yang salah aku karena tidak bisa mengontrol emosiku. Jangan berpikiran untuk pergi kemanapun, Sojung. Ku mohon."

Sojung dengan pelan mengangguk ragu. "Tapi, jangan khawatir ... setelah aku bisa mendapat uang cukup dari kerja part time ku. Aku akan pindah."

"Kenapa pindah? Itu tidak perlu."

"Itu perlu. Tidak selamanya aku harus menggantungkan diri pada kalian, aku harus hidup mandiri. Kelak juga aku akan punya kehidupan sendiri," jelas Sojung. "Aku janji akan tetap hidup di sekitar kalian dan tidak akan pernah melupakan kalian."

"Tapi ...."

"Ku mohon, Seokjin. Aku tidak ingin kesalahpahaman ini terus terjadi, apalagi di antara kau dan ibumu. Aku merasa sangat bersalah."

Dengan berat akhirnya Seokjin mengangguk. "Baiklah. Tapi kelak, aku berjanji akan membawamu kembali ke rumahku."

Lantas saja Sojung mengeryitkan dahinya. "Kenapa begitu?"

"Karena salah satu impianku, ingin menjadikanmu teman hidupku."

Tentu saja Seokjin mengucapkan itu dalam hatinya. "Lihat saja nanti, Sojung."

"Apa sih," gerutu Sojung sambil tertawa, kemudian menghapus air matanya. "Ternyata habis nangis gini lega juga ya, aku rasanya tertekan banget sama tugas-tugas di semester pertama ini."

"Hah, emang berat," sahut Seokjin. "Balik yuk? Sekalian mampir beliin garam buat ibu."

"Oke ayo!"

Sekali lagi, Sojung benar-benar berterima kasih dengan keluarga Seokjin. Mereka lah yang membuat Sojung percaya, bahwa masih ada orang baik di dunia ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time For The Moon Night [KSJ-KSJ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang