6 ; Hilang

150 36 4
                                    

Sudah seminggu Seokjin dilanda kecemasan, gelisah, khawatir, entah semua rasa itu menjadi satu. Karena Sojung yang sudah seminggu ini tidak membalas pesannya.

Benar gadis itu telah membeli paket data, Seokjin tahu karena dia sempat online selama beberapa hari ini, tetapi kenapa gadis itu tidak membalas pesannya satu pun?

Apa Sojung ilfeel dengannya? Sojung merasa risih, tidak suka? Ah, Seokjin tidak tahu! Tapi, dia merasa ada yang hilang.

"Kau tau, Sojung. Aku selama ini lebih menyukai matahari saat terbit atau saat terbenam daripada bulan. Tetapi, setelah mengetahui bahwa bulan benar-benar indah darimu, aku ikut menyukainya. Tapi, kenapa sekarang kau ikut hilang saat bulan juga tidak muncul beberapa hari ini?" gumam Seokjin, lelaki itu merasa sedih sekarang.

Entah ini rasa apa, tapi yang Seokjin rasakan saat bertukar pesan dan mengobrol melalui via ponsel, Seokjin merasa nyaman dan kadang jantungnya berdetak tidak normal.

Apa Seokjin menyukai Sojung? Tapi, apa hal ini wajar? Bahkan, Seokjin belum pernah menemui Sojung secara langsung, atau secara kasarnya Sojung hanya teman onlinenya—walau mereka akan bertemu saat mulai kuliah nanti.

"Argh, pusing!" keluh Seokjin, apa saat merasakan jatuh hati selalu pening seperti ini?

"Ku rasa kau sudah benar-benar gila, Kak. Kenapa sih?"

Biasanya Seokjin menatap adiknya tajam saat adiknya itu mengatainya 'gila', tapi sekarang lelaki itu malah menatap adiknya lesu. "Aku galau."

"Kenapa? Karena Kak Sojung? Aku juga sudah lama tidak menghubunginya."

Lelaki itu mengembuskan napas kasar. "Memang dia seminggu ini hilang. Seminggu ini dia tidak membalas pesanku padahal sempat online."

"Ugh, ku rasa kau harus ingat kata tukang parkir, mundurlah selagi masih belum jauh."

"Umji, kakak serius ... kakak benar-benar khawatir. Tapi, juga takut kalau dia benar-benar menjauhi kakak."

"Itu berarti ... kakak sudah menyukainya?"

Seokjin bergidik, tetapi kemudian lelaki itu mengangguk. "Sepertinya iya ...."

Melihat adiknya juga ikut diam, Seokjin menatap ponselnya kembali. "Lihat! Sojung membuat status baru."

"Kalau begitu tunggu apalagi? Lihatlah dan balas! Selagi dia masih online!"

Seokjin mengangguk kemudian membuka status Sojung. Tetapi, lelaki itu lantas mengeryitkan dahinya bingung dan ada rasa khawatir yang muncul setelah membaca isi status Sojung.

Dia menyertakan foto berwarna hitam tak ada apa-apa, lalu menuliskan caption, 'Beberapa hari ini bulan tidak muncul, dan semuanya jadi gelap. Semua jadi gelap, rasanya tak ada lagi harapan aku mendapat secercah cahaya. Aku lelah. Apa di atas bersama bulan lebih menyenangkan?'

Kedua kakak-beradik itu bertatapan satu sama lain. Hingga akhirnya Umji berseru, "Telpon Kak Sojung sekarang, Kak!"

Mereka cukup pintar membaca makna dari kata-kata yang Sojung tuliskan. Seokjin juga menyalakan loudspeaker-nya supaya Umji juga bisa mendengarnya. "Ayo angkat, Sojung."

Seokjin bernapas lega saat Sojung mengangkat panggilannya. "Soj---"

"Ampun, Ma, sakit!"

"Dasar tidak tahu diuntung kamu ya! Menyusahkan mama aja, kamu ...."

"Hiks, ampun, Ma. Sakit! Maafkan, Sojung!"

Seokjin dan Umji membulatkan matanya mendengar hal itu, serta bunyi seperti benturan keras dan tangisan Sojung menjadi satu. Setelah itu panggilannya terputus.

Seokjin panik? Jelas, lelaki itu semakin sangat khawatir dan gelisah. Sojung di sana sedang disiksa, tapi dia bisa berbuat apa? Bahkan, dia tidak tahu dengan tepat dimana alamat Sojung.

"Umji, kakak harus apa?" Seokjin benar-benar panik, lelaki itu meracau tak jelas dan bahkan bilang akan menyusul Sojung malam itu juga, tangan lelaki itu ikut gemetar.

"Kak, yang tenang." Umji menggenggam tangan sang kakak, jika kakak-beradik itu mengalami masalah, pasti keduanya akan saling mendukung dan menguatkan. "Kakak jangan gegabah, itu juga bisa bahaya sendiri buat kakak."

"Tapi, Sojung disiksa di sana, Umji. Bagaimana kakak bisa tenang? Lagipula bagaimana bisa dia ...."

Seokjin beranjak, lantas membuat Umji bertanya, "Kak? Mau kemana?"

"Aku akan bilang ke ayah dan ibu, untuk mencari jalan keluarnya."

Ya, mungkin dengan bercerita ke orang tuanya. Semoga mereka bisa membantu Seokjin.

"Ya Tuhan, tolong lindungi Sojung."

***

Maaf bgt, aku udah sibuk ospek, tugasnya bejibun banget mo nangis 😭. Makasih buat udah yang mau nunggu, tunggu buat part selanjutnya ya ❤.
Makasih juga atas dukungannya ❤

Time For The Moon Night [KSJ-KSJ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang