8 ; Bertemu

114 30 5
                                    

"Mudah-mudahan ini benar rumahnya." Seokjin menatap sang ayah dan juga Paman Hae In---teman sang ayah---lalu mengangguk.

Sudah dua hari ini mereka mencari rumah Sojung di kota tetangga mereka. Kota yang sangat luas ini tidak memungkinkan menemukan Sojung dengan cepat. Sampai akhirnya mereka menemukan rumah minimalis bercat biru, yang mereka yakini benar-benar rumah Sojung.

Hendak memencet bel, mereka dikejutkan dengan suara pecahan piring dari dalam rumah. Disusul teriakan-teriakan yang membuat Seokjin khawatir.

"Apa kita harus mendobrak pintunya, Hae In?" tanya sang ayah.

"Iya!" Bukan sang teman yang menjawab, melainkan anaknya dengan tatapan khawatir.

"Maaf." Setelah melontarkan kata itu, Seokjin segera berusaha mendobrak pintu dibantu sang ayah dan temannya.

Satu kali percobaan, mereka langsung bisa membuka pintunya.

Tatapan mereka berdua langsung bertemu, sayangnya dengan keadaan yang berbeda. Seokjin yang biasa melihat Sojung yang antusias menceritakan tentang bulan, berbicara dengan adiknya dengan lembut.

Kini berganti dengan tatapan penuh kesedihan, beserta luka lebam dan luka lain yang kini hadir di wajah cantiknya.

"Sojung," lirih Seokjin pelan, bahkan lelaki itu tak mampu lagi berbicara setelah bertatap mata dengan teman dan juga gadis yang membuat dirinya merasa nyaman selama berminggu-minggu ini.

"Siapa kalian?" Seorang wanita setengah baya menatap tiga lelaki yang masuk ke rumahnya. Raut wajahnya terlihat benar-benar marah, ditambah dengan membawa sebuah tongkat yang Seokjin yakin digunakan untuk memukul Sojung.

"Saya Hae In, dari pihak yang berwajib." Teman sang ayah maju, sambil menunjukkan kartu identitasnya. "Saya mendapat laporan bahwa ada tindak kekerasan yang terjadi di sini dan ya ... saya sudah melihat buktinya dengan jelas di depan mata saya. Apa Anda siap jika penjara menanti Anda?"

Wanita itu reflek membuang tongkat yang ada di tangannya ke sembarang arah. "Tu ... tuduhan macam apa itu! Aku tidak melakukan kekerasan apapun ke anakku."

"Anda sudah tidak bisa mengelak lagi," sahut Seokjin. "Semua sudah jelas di depan mata kami!"

"Kau siapa bocah ingusan! Jangan ikut campur." Wanita itu berbalik menatap Sojung yang duduk lemas di lantai yang dingin itu. "Pasti kau yang melaporkanku 'kan? Dasar bocah sialan!"

Wanita itu hendak meraih rambut Sojung dan menariknya kuat. Membuat Hae In terpaksa menahannya dan Seokjin menghampiri Sojung.

Setelah beberapa minggu bertukar pesan, akhirnya tatapan mereka bertemu. Sebenarnya bukan ini yang Seokjin harapkan, ia berharap saat pertama bertemu Sojung, ia bisa menatap mata Sojung yang berbinar karena antusias menceritakan tentang bulan.

Tak ingin berpikir lebih panjang lagi, Seokjin membawa Sojung ke pelukannya, membiarkan gadis itu meluapkan semua rasa sedihnya.

***


maaf karena menghilang 2 bulan


Time For The Moon Night [KSJ-KSJ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang