5 ; Menangis?

148 37 2
                                    

Hari ini, Seokjin benar-benar sibuk! Sibuk menemani sang adik yang terus berjalan tanpa mampir ke toko tujuan gadis itu.

"Umji, kita sudah keliling mall satu jam dan kau belum menemukan toko? Mana sih toko langgananmu?"

"Ssstt, diam!" Umji menatap kesal kakaknya, kemudian gadis itu terlihat mengedarkan pandangannya ke sana kemari.

"Kau itu mencari siapa si---"

"Hai, Vernon!"

Seokjin mengerutkan dahinya saat ada lelaki berperawakan bule datang menghampiri mereka, sedetik kemudian Seokjin membulatkan matanya karena menyadari suatu hal. "Oh, jadi kamu ngajak kakak biar dikasih izin sama ibu gitu? Terus pergi sama cowok itu?"

"Hehehe, please jangan kasih tahu ibu!" Umji menatap kakaknya dengan mata berbinar---supaya kakaknya luluh.

Seokjin bersedekap. "Kamu harus ngasih kakak jaminan! Kirain nggak pegel jalan satu jam lebih cuma demi nunggu cowok kamu itu."

Umji mendengus kesal kemudian mengeluarkan uang berwarna biru itu dari dompetnya. "Nih!"

"Eits, jaminan kalau tutup mulut? Ternyata kamu udah punya cowok, ibu dan ayah bisa tahu loh ...."

"Huh, dasar menyebalkan! Kau baru saja memeras anak di bawah umur tahu!" Umji mengerucutkan bibirnya kesal, tetapi gadis itu tetap mengeluarkan uang berwarna biru lagi dari dompetnya.

Seokjin tersenyum senang, setidaknya dia bisa top up game mobile legends untuk hari ini. Ia langsung menatap lelaki yang ia duga adalah kekasih dari adiknya itu. "Hei, jaga adikku baik-baik ya? Aku memberi waktu tiga jam karena aku baik."

Vernon mengangguk. "Pasti, Kak Seokjin. Terima kasih."

"Wah, bahkan kau tahu namaku? Tikus ini telah menceritakan apa saja padamu?" Seokjin dan Vernon terkekeh, lain dengan Umji yang menatap kakaknya kesal.

"Kakak!" seru Umji, kemudian menatap kekasihnya. "Udah ayo, Yang. Kita tinggalin aja jones satu ini."

"Hei!" seru Seokjin kesal, Umji justru dengan percaya diri menggandeng Vernon dan menjulurkan lidah guna meledek sang kakak.

"Memang gila bocah itu," gumam Seokjin. Tak mau ambil pusing, Seokjin segera menuju konter khusus untuk top up game, setelah selesai lelaki itu memutuskan untuk mampir ke kedai makanan untuk mengisi perutnya yang sudah mulai berbunyi.

Lelaki itu beralih ke ponselnya, menatap chat terakhirnya dengan Sojung kemarin. Oh, bahkan gadis itu belum membalas pesannya yang membuat hati Seokjin merasa gelisah sampai saat ini.

"Apa gadis itu kehabisan paket data? Apa di sana tidak sinyal? Atau apa dia ilfeel padaku? Arghh, kenapa aku gelisah begini?"

Jari-jari Seokjin bergerak dan tanpa sadar memencet tombol memanggil atau menelepon Sojung. Masa bodoh dengan rasa gengsi.

"Halo, Seokjin?"

"Oh ... halo, Sojung."

"Hai. Ada apa, Seokjin?"

"Oh, tidak ... aku hanya ingin tahu kabarmu, Sojung. Kenapa kemarin tidak membalas pesanku?"

"Maaf, paket dataku habis. Setelah ini aku akan membelinya."

"Oh begitu. Hati-hati saat membelinya ya?"

"Iya."

Seokjin tersenyum dan juga merasa bodoh karena terlalu berpikiran negatif kalau sesuatu telah terjadi pada gadis itu. "Emm, apa suaramu habis? Suaramu terdengar sedikit serak, Sojung."

"Maaf kalau membuatmu tidak nyaman. Ini karena aku habis menangis."

"Menangis?" Seokjin terkejut, juga ada rasa khawatir di hatinya. "Kenapa?"

"Karena bulan tidak muncul hari ini, hiks. Tuh kan, aku menangis lagi."

"Astaga, Sojung, aku kira kenapa. Apa kau sebegitunya menyukai bulan?"

"Iya, bulan itu sudah seperti temanku, hiks. Padahal aku sudah tahu kalau kedatangannya selalu tidak pasti, tetapi aku selalu sedih kalau tidak ada bulan di malam hari. Rasanya seperti sangat gelap."

"Kau dan bulan sudah seperti sepasang kekasih. Aku jadi iri, hahaha. Sudah jangan menangis lagi ya, Sojung? Kau bisa melihat foto-foto bulan yang ku kirimkan padamu lagi untuk mengubur rasa sedihmu."

"Kau benar juga. Terima kasih atas foto-fotonya, Seokjin!"

"Iya, sama-sama. Cepat isi paket datamu ya? Atau mau aku belikan?"

"Eh tidak usah! Aku akan membelinya sendiri, serius."

"Baiklah, aku sempat gelisah tau kau tidak membalas pesanku sejak kemarin malam. Ku kira ada apa."

"Gelisah? Ke ... kenapa?"

"Emm, tidak tau? Rasanya aku tidak ada teman mengobrol? Entahlah."

"Atau mungkin aku memang sudah nyaman denganmu," lanjut Seokjin, sangat pelan.

"Apa—"

Tut

Tiba-tiba panggilannya terputus dan membuat Seokjin mengerutkan dahinya. "Ah, mungkin baterai Sojung habis ya? Tapi, gadis itu dengar tidak ya aku bicara apa tadi?"

Time For The Moon Night [KSJ-KSJ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang