Chapter 46

1K 153 52
                                    

Arsen dengan rasa canggungnya ingin bertanya pada Julian, namun masih sedikit ragu.

"Jadi... lo mau tanya apa?" tanya Julian, setelah Robert pergi meninggalkan ia dan Arsen.

Mata Arsen bergerak-gerak. Bingung. Takut juga sih. Takut kalau dia akan salah bertanya atau malah dia terjebak akan pertanyaannya sendiri.

Julian malah bertanya lagi, "Kepala lo masih sakit?"

Lantas Arsen tersenyum kecil. Kecil sekali, hampir tak melengkung. "Lumayan. Tapi gak sesering kemarin-kemarin"

Julian manggut-manggut. "Udah minum obat?"

"Udah tadi habis makan" jawab Arsen.

"Okay" canggung Julian. Lalu dia kembali bertanya lagi, "Kalo..."

"Kamu..." Arsen bersamaan dengan Julian yang ingin bertanya.

Arsen tertawa kecil, "Sorry, duluan aja"

"Gak, gak, gak, lo duluan aja, Sen"

"Gapapa, kamu aja dulu"

"Udah, lo aja duluan. Dari tadi kan gue terus yang nanya"

Arsen tersenyum canggung lagi, "Oh, iyah"

"Mau tanya apa?"

"Kamu... tau, alasan apa yang bikin saya... jatuh cinta sama kamu?"

Deg. Julian seakan berat untuk menjawab darimana. Matanya bergerak-gerak. Lalu dia tersenyum canggung, "Em-emangnya... menurut kamu?"

"Saya cuma bingung, Julian" ujar Arsen, "Saya gak tau apa-apa. Bahkan saya sendiri gak tau darimana datangnya cinta itu. Darimana asalnya cerita sampe saya suka sama kamu, bahkan..."

Julian langsung mengeluarkan ponselnya dan menyodorkan ponsel itu ke arah Arsen, "Boleh minta nomor telpon?" potong Julian seketika, bertanya.

Arsen menekuk alisnya seketika, "B-buat apa?" tanya dia balik.

"Lo maunya buat apa?" tanya Julian lagi, memancing.

Arsen mengernyitkan kening. Matanya berkedip-kedip. Tiba-tiba pandangan hitam putih negatif terlihat. Sebuah ruangan. Banyak alat musik. Putih abu-abu. Buku. Pulpen. Sorot mata. Senyum. Muram, dingin. Dua wujud ada disitu.

Minta nomor telponnya.

Kalimat itu terngiang-ngiang di telinga Arsen, sampai dia menjawab dengan sendirinya di ranjang itu. "Buat pacaran?"

Julian tersenyum seketika. Bangga. Berhasil, walau belum sepenuhnya.

"Aku ingat kalimat itu" ujar Arsen.

Julian manggut-manggut. "Iya, Sayang. Iya"

"Saya pernah bilang itu. Berulang-ulang" senyum Arsen mengembang.

"Iya, Arsen" jawab Julian, antusias. Semangatnya meninggi.

"Saya bilang gitu sama kamu?" tanya Arsen pada Julian.

Julian mengangguk.

"Terus pada saat itu, kamu kasih?" tanya Arsen lagi.

Julian tersenyum dan menggeleng, "Belum. Tapi lo gigih. Sampai kita menjadi dekat"

Arsen tersenyum lagi, "Oh ya?"

"Iya. Butuh waktu lama agar kita bisa jadian, Arsen" ujar Julian.

Arsen mengerjap-ngerjapkan matanya. Kepalanya mulai terasa sakit.

Namun Julian yang peka, langsung memberikan pancingan lain agar pikiran Arsen teralih. "Perut lu gimana? Dia suka nendang, gak?"

Arsen mengedipkan matanya lagi. "Dia siapa, Jul?"

STUCK ON YOU 2 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang