Chapter 93

1K 167 135
                                    

Biru pulang ke rumahnya dengan bermodalkan sisa uang terakhir di dompetnya, sayangnya begitu dia sampai di halaman rumahnya, dia mengurungkan kembali niatnya untuk turun dari taksi tersebut.

Biru ketakutan melihat begitu banyaknya mobil polisi di sekitar rumahnya. Sungguh, dia ketakutan. Yang ada dipikirannya kala itu adalah, polisi pasti tengah mencari-carinya saat ini. Ia tengah menjadi buronan polisi terkait kasus percobaan pembunuhan, pembunuhan berencana dan juga penipuan pada Arsen Arzafka.

Salah, tak salah, Biru merasa bahwa riwayatnya tamat sudah.

"Gak jadi turun, Mas?" tanya Supir Taksi yang ditumpangi Biru.

"Mmm... Pak, lanjut jalan aja ke Thamrin ya, Pak"

"Baik, Mas" tukas Supir taksi.

Biru menggigit bibir. Dia cemas bukan main. Dia sendirian. Ibu tirinya sudah tertangkap. Kini dia tak tahu harus kemana selain pergi ke rumah yang menurutnya aman baginya.

Rambut Biru yang terlihat berantakan karena potongan rambut Julian, serta wajahnya yang penuh memar bonyok dan giginya yang ompong, hampir membuat Biru kesulitan mencari taksi tadi. Dia merasa sedikit bersyukur ketika akhirnya bapak ini mau menerimanya, itupun karena Biru menunjukkan bahwa dia memiliki uang. Toh, dia juga sempat menilep beberapa uang yang tadi di lempar Tuan Arkan saat mempermalukan Maudi dan juga dirinya.

Biru cemas bukan main, semoga langkahnya tak salah.

"Mas... mohon untuk menggunakan masker, Mas. Ini saya masih punya" tukas supir taksi.

Biru dengan terburu-buru mengambil masker tersebut dan mengenakannya pada bagian hidung dan mulutnya. "Kenapa ya, Pak? Kok pake masker"

"Dengar-dengar ada virus baru, Mas. Udah masuk ke Indonesia. Virusnya berbahaya sekali" tutur supir taksi.

"Oh ya? Saya baru tau"

"Corona, Mas, namanya"

"Oooh, oke Pak. Makasih" tukas Biru. Sampai setidaknya dia merasa lega dan aman. Situasi genting seperti ini, dia sedikit terasa aman karena dapat sejenak teralihkan.

~

"Lo gak mau pulang?" tanya Julian pada Arsen.

Arsen menggeleng. "Arsen mau disini, Bang. Nunggu Robert selesai di tangani sama Dokter"

"Iya, gue paham rasa cemas lu saat ini, Arsen. Tapi kita pulang dulu, mandi abis itu makan yuk. Lu dari tadi belum makan. Inget juga dong kondisi badan dan bayi kita, Sayang" tutur Julian.

Arsen mengangguk.

"Kalian pulang dulu saja. Biar Daddy yang jaga Robert disini" tutur Tuan Arkan.

"Tapi Daddy juga belum makan, kan? Arsen gak mau Daddy sakit" tutur Arsen.

"It's okay, sayang. Daddy bisa order makanan nanti" ujar Tuan Arkan.

Arsen mengangguk.

"Kami pulang dulu ya, Om" pamit Julian.

Tuan Arkan mengangguk, "Hati-hati"

"Iya, Om" walau Julian sedikit canggung pada Tuan Arkan karena beliau belum mengetahui bahwa Arsen hanya pura-pura keguguran, namun rasanya waktunya masih belum tepat untuk menjelaskan hal itu pada Tuan Arkan. Sehingga Arsen dan Julian menunggu nanti saja saat Robert sudah siuman.

Setelah Arsen dan Julian menjauh, Tuan Arkan kembali memandangi ke arah jendela. Lama sekali Robert di tangani oleh Dokter dan juga Susternya.

~

"Mau apa kamu disini???" tanya Farrel pada Biru yang entah darimana tiba-tiba sudah ada di rumahnya.

Biru yang berantakan itu tersenyum pada Farrel. Dia mengenakan hoodie milik Farrel. "Santai dong, pak polisi... gak usah sensi gitu sama saya kenapa sih!"

STUCK ON YOU 2 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang