Chapter 99

1.3K 158 53
                                    

"Uncle???" ulang Anwar pada Junior, "Lo punya uncle, Jun?"

"Oh, enggak. Dia itu kakak sepupu gue. Cuman gue emang biasa manggil dia uncle, ngeledek aja sih lebih tepatnya. Eh, taunya keterusan!" ungkap Junior.

"Kalo itu bener cousin kamu, gila sih! Ganteng parah, Jun!!!" cetus Nanto, "Kok kamu gak pernah cerita sih?"

"Ya itu, dia yang pernah aku bilang ke kamu kalau dia tinggal sendiri di luar negeri, Yang!" jelas Junior.

Nanto manggut-manggut, mengerti.

"Gue ngeliat dia jadi sange, Jun!" cetus Adit.

"Hus ah! Kebiasaan lo!" omel Junior.

"Gue baru tau, lo punya sepupu bule arab, Jun" ujar Julian.

"Dia anaknya Om gue, Om Yugo. Yang udah lama tinggal di England. Tapi gue gak nyangka dia bisa dateng kesini" ungkap Junior.

"Pantesan... muka mereka mirip banget" ujar Arsen. "Cuma warna rambutnya aja yang beda"

"Itu kan blonde buatan, Sayaaang" tutur Junior, "By the way, dia kenal sama Om Arkan ya? Atau sama Robert?"

"Gak tau deh. Mungkin kali ya, gue juga gak ngerti deh, Jun. Bokap gue kan banyak relasinya" tukas Arsen.

Hema datang menghampiri Junior, "Hello, buddy!"

"Hey, Uncle Hema!" sapa Junior.

"Oh, c'mon! Stop calling me, Uncle. Okay??? I'm your brother, dude!" seru Hema.

"Iya iya! Bang Hema ngapain sih kesini? Di undang sama Om Arkan?" tanya Junior.

Hema tersenyum kecil, lalu mendongak ke arah panggung yang disana masih ada Tuan Arkan dan Robert.

Arsen dan Julian berpandangan.

"Gue kesana dulu ya" tutur Hema pada Junior.

Junior mengangguk.

"Jun, Om lu bisa gua ajak ngewe outdoor gak ya? Gue sange banget nih sama dia!" cetus Adit sedeng.

~

"Sial! Udah nikah aja tuh si Arkan sama Robert!" cetus Biru, geram setelah tahu informasi tersebut dari Farrel.

"Kamu tuh bisa tenang gak sih, hah?" tanya Farrel. "Lagian kenapa kalau mereka resmi menikah? Biarin ajalah. Jangan pernah iri sama kebahagiaan orang lain!"

Biru terduduk diam di sofanya. "Bang! Abang kok jadi ngebelain mereka sih?"

"Terus harusnya belain siapa? Kamu??? Sejak kapan penjahat harus di bela???" tanya Farrel seketika, membuat Biru bergeming.

"Bang Farrel kok ngomongnya gitu?" tanya Biru, lemah.

"Ya saya bicara fakta. Bukan palsu, kan???" cetus Farrel.

Biru terdiam seketika.

"Udahlah, Biru. Kamu berhentilah usilin keluarga mereka. Mereka tuh gak punya salah apa-apa sama kamu, tau gak sih!" Farrel mengingatkan.

"Bang! Mereka itu udah berhasil ngebuat Mama di jeblosin ke penjara! Si Arsen lagi tuh, anak durhaka dasar! Ngapain coba jeblosin ibunya sendiri ke penjara!" cetus Biru.

"Ya itu semua karena ulah kalian lah! Gimana sih" cetus Farrel.

Biru terdiam lagi. Farrel memenangkan perdebatan. Biru menggumam, "Sialan. Awas aja lo, Sen! Gue bakal ancurin hidup lo cepat atau lambat!"

~

"Halo, Tuan Arkan... Robert..." sapa Hema dengan senyum sopan pada mereka.

Robert menunduk, tak berani menatap Hema.

"Hey, Hema..." Tuan Arkan membalas sapaan itu, sedikit canggung. "Terlalu lama ya..."

Hema menyunggingkan senyumnya sambil mengangguk, "Ya! It's been a long time, you know"

Tuan Arkan manggut-manggut.

Robert masih diam menunduk.

"Robert..." sapa Hema seketika. "Lo gak berani natap mata gue, Bet???" tanya Hema.

Robert dengan tegang mengangkat kepalanya, lalu mengangguk sapa. Dia masih gugup. Ya Tuhan, kenapa harus ada Hema disini. Apa dia datang hanya sebentar, atau malah akan menguak memori lama.

Hema berujar lagi, "I've really miss you, Robert..."

Robert masih diam tertegun. Sedangkan Tuan Arkan sedikit gemas dengan Hema yang tiba-tiba datang tanpa undangan lalu membuat suasana hatinya menjadi tidak tenang.

"But congratulations to you, guys!" sambung Hema. "Gak ada tempat yang lebih indah untuk menikah, selain di Berlin, bukan?"

"Ada" Robert tiba-tiba bersuara.

Tuan Arkan mendongak ke arah Robert.

Hema mengernyitkan keningnya dengan cengiran yang rupawan.

"Amsterdam! Itu juga bagus untuk menikah" sambung Robert.

"Waow, that's great too! Aku setuju sama kamu tentang tempat itu, Bet!" timpal Hema.

Robert menundukan kepalanya lagi.

Hema menambahkan, "Sayangnya... Tuan Arkan gak berhasil ya, memenuhi keinginan kamu untuk hal itu! Padahal cuma masalah tempat loh! Apa sih yang gak bisa di lakuin sama seorang mahsyur seperti Tuan Arkan ini?" Hema menyindir halus.

"Sayangnya Robert gak bilang itu ke saya. Dia hanya mau yang sederhana dan hanya orang-orang terdekat saja yang di undang!" tukas Tuan Arkan.

Hema tersenyum manis, manggut-manggut. "Baik, baik Tuan Arkan"

"Toh, kami juga tidak mengundang kamu kok. Heran saya, kamu bisa dateng ke sini!" tukas Tuan Arkan. "Yang di undang kan cuma orang-orang terdekat saja"

"Jadi aku sudah gak di dekat hati kamu lagi, Bet???" tanya Hema menawan pada Robert.

Robert masih menunduk.

Hema masih setia menunggu jawaban dari Robert.

Tuan Arkan masih menahan sabarnya.

Robert berujar, "Saya pikir Mas Hema kesini, hanya sekadar memberikan ucapan selamat. Bukan merusak suasana pernikahan kami"

"Ohohohoooh..." Hema tertawa, "Kamu gak perlu kuatir, Bert. Orang yang bekerja sebagai wedding organizer kalian itu, sahabat saya dari  Prancis. Dia menetap di Berlin. Makanya begitu saya tahu bahwa kalian menikah disini... mmm... I'm little bit be surprises!"

Tuan Arkan menghela napas, geram. "Apa kamu sudah bisa pergi dari sini, Hema?" tanya Tuan Arkan.

Hema kemudian mendekatkan kepalanya pada telinga Robert, "Do you miss me???"

Robert melotot seketika ke arah Hema. Begitupun dengan Tuan Arkan.

"Saya perlu jawaban kamu, Bet. Setelah itu saya akan pergi" tukas Hema.

"Kamu boleh pergi, Hema!!!" tukas Tuan Arkan.

"Robert..." Hema tak menghiraukan Tuan Arsen, dia bersikeras di hadapan Robert. "Did you miss me?"

"Pergi...!!!" tegas Tuan Arkan.

Hema mengangkat tangannya, "Okay, okay... I gotta go!" Dia beranjak sambil tersenyum pada Robert, lalu mengedipkan sebelah matanya.

"Kamu gapapa, Bert???" tanya Tuan Arkan.

"Saya yang seharusnya tanya seperti itu pada Mas Arkan, Mas. Mas gapapa?" tanya Robert.

Tuan Arkan tersenyum dan menggeleng, "It's okay, Bert"

"Maafkan saya, Mas. Seharusnya saya..."

"I said... it's okay, Robert..." tukas Tuan Arkan.

Robert manggut-manggut.

Baik Tuan Arkan maupun Robert di atas panggung itu, masih menyimpan tanda tanya besar pada hati kecil mereka. Mengapa Hema bisa muncul lagi di kehidupan mereka setelah bertahun-tahun lamanya. Setelah semua ini. Mereka benar-benar bingung.

TO BE CONTINUED

STUCK ON YOU 2 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang