Chapter 98

1.1K 157 60
                                    

"Akhirnyaaaa... gue bisa liburan ke luar negeri juga. Setelah sekian lama cuma bisa ngewe sama colay di kamar. Mana gratis, pula. Hehehew" ucap Adit bahagia yang duduk di samping Anwar.

"Heh! Bisa jaga bacot lu dulu gak, Dit. Ini kita lagi di pesawat ekonomi, bukan di private jet! Lu gak malu apa diliatin orang-orang?" cetus Anwar yang duduk di dekat jendela pesawat.

Adit manyun.

"Lagian siapa juga yang mau liburan, kita tuh di undang ke acara pernikahannya Om Arkan sama Mas Robert, gila!"

"Gue bilangin Om Arkan lu, ngatain Mas Robert gila!" tutur Adit, gak nyambung.

"Elo yang gila, gila!!!" omel Anwar.

"Eh, ini apaan sih di belakang berisik banget dah. Gak malu apa banyak orang disini" tukas Junior yang duduk di samping Nanto.

"Tau nih, turun dari sini, gue tampol ya congor lu berdua!" omel Nanto.

"Si Anwar tuh" cetus Adit.

"Diiiihh...? Bacot lo tuh!!!" tukas Anwar.

"Udah udah, jangan berisik ah!" cetus Junior.

"Inget ye! Jangan malu-maluin lu nanti di acara!" cetus Anwar mengingatkan Adit.

"Iye iye. Songong beud lu udah kayak yang punya acara. Yang punya acara aja kagak songong!" tukas Adit.

~

"Masya Allaaaah... ganteng sekali Bang Yayan akuuuu" puji Arsen begitu dia melihat Julian sudah rapih dengan balutan kostum serba putihnya.

"Ini... kita kayak lagi berduka gak sih? Pake putih-putih, Sen?" tanya Julian.

"Hus, ah! Bang Yayaaan... ini kan putihnya putih krem. Bukan full putih kayak pemakaman. Lagian setau Arsen juga, pemakaman pakaiannya serba hitam deh" tutur Arsen.

"Ada kok yang putih-putih juga"

"Masa?"

"Iyaaa sayaaaang" Julian mengecup kening Arsen. "Eh, anak-anak nanti kesininya gimana dari Bandara, Sayang?"

"Arsen udah minta supir hotel untuk jemput mereka kok, Baaang. Tenang aja"

"Lo emang yah... the best banget!"

"Makasih pujiannya" Arsen manja.

Julian mengecup kening Arsen lagi.

~

Sore hari di Grober Triargarten, taman yang sangat indah dengan suasana yang selaras, membuat acara pernikahan Tuan Arkan dan Robert terlaksana dengan tambatan.

"Robert Wiguna... atas nama cinta, maukah engkau bersedia... menikah denganku, dan menjadi pasangan hidupku selamanya, disaat susah maupun senang" tutur Arkan, memegang tangan Robert Wiguna.

Robert tersenyum menatap Tuan Arkan lekat-lekat. Dia tersenyum, menyamakan binaran mata yang bersahaja. Sejurus dia berkata dengan syahdu, "Ya, saya bersedia, Mas..."

Tepukan tangan yang meriah riuh rendah bergemuruh memuncaki acara tersebut.

Seraya Tuan Arkan turut memasangkan cincin perak berlian matang pada jari manis Robert.

Hingga seluruh para tamu undangan yang menjadi saksi hari bahagia mereka itu berdiri dan semakin menggemuruhkan tepuk tangan mereka.

Arsen menangis bahagia melihat pemandangan yang sangat ia nanti-nantikan tersebut.

Julian turut mengelus bahu Arsen dengan lembut.

Robert lantas memegang kepala Tuan Arkan dan turut mencium bibirnya dengan mesra.

Adit dan Anwar semakin berteriak, norak. Seiring Adit berbisik pada Anwar, "Om Arkan pasti sangar kalo di ranjang! Apalagi kalo malem pertama, War!"

"Hus! Sok tau lu! Kalo ternyata mereka udah pernah ML sebelumnya gimana?" tanya Adit.

"Ya makin ganas laaaah. Robert pasti makin mantepin goyangannya!" cetus Adit.

"Adit aaaahh... mesum banget sih lo!!!" cetus Anwar.

Adit tertawa kecil.

Saat acara lempar bunga Tuan Arkan dan Robert membalikkan badannya sambil menghitung mundur untuk aba-aba melempar sebuket mawar putih ke belakang mereka yang sudah bersiap dengan ramai untuk menangkap bunga tersebut. Kecuali Arsen yang hanya mengabadikan momen tersebut dengan kamera ponselnya. Dia turut bahagia melihat Julian yang semangat empat lima untuk menangkapnya.

Tiga... dua... satu...

Buket bunga mawar putih itu pun dilempar ke belakang oleh Tuan Arkan dan Robert. Seraya suara teriakan kehebohan menjemu di udara. Mereka pun berbalik dan melihat, siapa yang berhasil menangkapnya.

Julian mengepalkan tangannya di udara ketika dia berhasil menangkap bunga mawar putih tersebut.

"Yeeeaaaayyy!!! Bang Yayaaaaannn!!!" teriak Arsen, gembira.

"Julian, sayang..." tutur Tuan Arkan pada Robert.

"Iya, memang sudah takdirnya dia akan segera menyusul kita, Mas. Menikahi Tuan... Mmm... Arsen" tutur Robert.

"Iyaaah. Saya turut seneng ngeliatnya" ujar Tuan Arkan melihat Julian yang berlari ke arah Arsen lalu menyerahkan buket bunga yang didapatnya pada Arsen.

Arsen terharu dan terenyuh akan keromantisan Julian padanya. Terlebih Tuan Arkan dan Robert.

"Om Arkan sama Mas Robert kan udah niiih... terus kalian kapan doong???" tanya Nanto pada Julian dan Arsen.

"Tinggal tunggu Bang Yayannya aja gue mah. Dia kan laki gue!" cetus Arsen.

"Tuh, Juuulll... kapan dooong??? Supaya SAH!!! Gitulaaah" tukas Anwar.

"Iya, Jul... kan enak, kalo udah resmi" tutur Junior.

"Eh, tapi nanti anaknya gimana ya? Apa gak heran dia nanti ngeliat bapaknya ada dua??? Ataaau..." Adit menerka-nerka.

"Heeehhh... udah deh, biar jadi urusan si Gajul sama Arsen aja. Ngapain sih jadi lo yang ribet" tutur Anwar.

"Huehehehe.... nnngokhey" Adit cengengesan.

"Pokoknya setelah Arsen lahiran, gue pasti akan langsung nikahin dia! Iya kan sayang?" tanya Julian pada Arsen.

"Iya, sayang" jawab Adit.

"Heh!!!" Anwar meneplak lengan Adit,  "Si Arsen yang ditanyain! Bukan sodokan putu!"

Adit manyun, "Iye iye ah, becanda!"

Arsen ngakak, "Iyaaah... minta doanya aja yah dari kalian! Semoga lahiran gue lancar, dan juga pernikahan gue sama Bang Yayan"

"Amiiiiiiiiiiiinnn..." Semuanya mengaminkan.

Tuan Arkan tersenyum pada Robert, "Ini adalah anugerah yang saya sangat syukuri hari ini, Bert"

Robert tersenyum penuh arti, "Saya juga, Mas. Saya sangat bahagia hari ini. Sangat sangat sangat bahagia"

"Saya jauh lebih bahagia, sayang" Tuan Arkan mengecup bibir Robert lagi.

Namun seketika, pandangan Junior terjatuh dan menjurus pada sebuah mobil mewah yang berhenti di jalan sisi taman pesta tersebut. Dia menekuk alisnya seketika begitu dia melihat seseorang yang turun dari mobil tersebut.

Terlebih Tuan Arkan dan Robert yang saling berpandangan, menelan ludah begitu melihat lelaki tampan berjas hitam, dengan balutan kemeja putih serta celana hitam kain yang menjadikannya kesan gagah dan maskulin.

Lelaki itu membuka kacamata hitam mahal yang dikenakannya. Rambutnya yang kini berwarna putih pirang bak Draco Malfoy, karakter pada film Harry Potter tersebut tersenyum lebar seketika.

Arsen, Julian dan yang lain ikut terpaku menatap lelaki tampan yang baru saja datang itu. Terlebih Adit yang baru liat wajah lelaki itu saja, kelaminnya langsung berdiri.

Junior mengernyitkan keningnya sambil berkata tak percaya, "Uncle Hema???"

TO BE CONTINUED

STUCK ON YOU 2 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang