Chapter 13

1.3K 165 45
                                    

Seisi kantin di buat tercengang-cengang oleh pemandangan Anya yang mencium Julian tiba-tiba. Terlebih lebih lebih Arsen.

Arsen melotot tak percaya akan apa yang dilihatnya secara terang-terangan ini. Jantungnya bagai terisi air panas yang memuncak. Dadanya bagai diikat tali tambang besar.

Anya masih menahan wajah Julian agar tidak lepas darinya.

Arsen tak kuat lagi memandangi semua ini lantas dia memilih pergi dan berlari meninggalkan tempat tersebut.

Julian terperangah dan langsung berteriak, "Arsen!!!" lantas Julian mendorong tubuh Anya sampai ia terjatuh ke lantai dan merasa malu karena ditertawakan seisi kantin.

Arsen terus berlari, tadinya saat dia melihat kejadian sialan itu, air matanya sama sekai tidak menetes. Hanya shock. Namun begitu dia pergi meninggalkan tempat itu, tangisnya pecah seketika. Arsen berlari menyusuri koridor. Tanpa mau disusul Julian, dia pun memotong jalan koridor melewati taman kampus. Nyatanya Julian tetap berlari mengejarnya. Dia berusaha untuk jauh lebih cepat.

"Sen!!! Arsen!!! Jangan lari-lari, Sen!!!" Julian mencoba meraih lengan Arsen dengan hati-hati juga. Namun Arsen terus berlari, tak mau disentuh Julian.

"Arsen!!! Inget anak kita, Sen!!!" Julian berhasil meraih tangan Arsen seketika.

"Lepasin!!!" Arsen merontak dan berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Julian.

"Please, jangan lari dari gue, Sen!" pinta Julian.

"Jahat" tangis Arsen.

"Sen, sumpah, Sen! Gue gak tau apa-apa soal kejadian tadi"

"Bohong!"

"Sumpah, Sen! Sumpah! Demi Tuhan!"

"Jangan bawa-bawa Tuhan! Darimana dia bisa kenal Bang Yayan? Kapan kalian kenalannya?"

"Denger dulu, Arsen"

Arsen geleng-geleng, masih sambil menangis.

"Dia yang gue ceritain soal kenalan di kantin tadi!"

"Tuh kan"

"Tapi sumpah! Gue gak ada hubungan apa-apa sama dia. Tadi aja lo denger sendiri kan, dia dapet dare dari temennya"

"Bang! Denger ya! Cewek itu pasti punya harga diri, Bang. Mana mungkin dia mau menjatuhkan harga dirinya gitu aja hanya karena permainan konyol kayak gitu"

"Itu yang gue juga gak tau, Sen!"

Arsen terdiam lamat. Julian juga menatap Arsen dengan lelah. "Please, Arsen..." Julian berusaha mendekat, namun Arsen menghindar. "Arsen, sayang..."

Arsen menggelengkan kepalanya sambil terus menangis.

"Kita pulang, Sen. Ayo" ajak Julian baik-baik.

Namun Arsen berlari lagi dan meninggalkan Julian.

Julian melotot dan berteriak lagi, "Arsen!!!!" Sungguh, tak ada yang dapat mengalihkan pikiran Julian selain kondisi Arsen dan calon bayinya. Julian benar-benar kritis.

Julian geram bukan main, lalu dia kembali ke kantin dan menghampiri Anya. Disana Anya terlihat sedang tertawa-tawa bersama dengan teman-temannya sambil menonton video rekaman tadi di ponsel temannya itu.

"Heh! Maksud lo apa sih tadi, hah??? Main asal nyelonong ke bibir gue gitu aja???" tanya Julian, marah.

Anya menatap Julian penuh mau. Dia menggigit lidahnya seketika sambil memutar-mutar ujung rambutnya dengan jari telunjuknya. "Kenapa, Julian?"

STUCK ON YOU 2 (END 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang