6. Kind of Feeling

660 33 0
                                    

Ryan POV

Sudah tiga bulan sejak Grace datang ke kehidupan kami. Keadaannya jauh lebih baik sekarang. Dia tidak pernah menangis atau khawatir berlebihan lagi.

Kupandangi gelang perak ditanganku. Aku sudah beberapa kali membayangkan Grace memakai gelang berliontin hati ini di hari ulangtahunnya besok. Bisa kubayangkan wajah cerianya begitu membuka kado.

Kado. Grace selalu suka hadiah.

"Hey Ry" Bram menepuk pundakku. Ditangannya ada sepiring penuh kentang goreng buatan Jill. "Ada apa?" katanya melirikku aneh karena senyum-senyum sendiri.

Aku memandangi gelang perak itu lagi sambil tersenyum.

" Sepertinya ada yg sedang jatuh cinta" tiba-tiba kudengar suara El dari belakang.

"Sssst nanti Jill bisa dengar. Dia selalu membocorkan semua rahasia" kataku setengah berbisik pada El.

"Jatuh cinta? Dengan Siapa?" tanya Bram bersemangat.

"Sepertinya aku menyukai Grace. ku akan menyatakannya besok di malam ulangtahunnya" kataku pelan. Aku mengusap liontin gelang perak itu pelan.

"WHAAAAAT?!?" Suara Bram begitu melengking. Aku ingin menyuruhnya diam agar Jill tidak mendengar, namun terlambat.

"Ada apa?" tanya Jill dari dapur. Aku melotot pada Bram agar tidak memberitahu. Bram terdiam sesaat, berpikir mencari alasan.

"Ry..... Ryan.... Ryan suka laki-laki sekarang" katanya tiba-tiba. Aku melotot. Begitu pula El yang tak kalah terkejutnya. Aku memang menyuruhnya mencari alasan, tapi MAHOOO?!?!

"Sejak kapan Ry?" kata Jill simpatik.

"Sejak..... sejak...." aku memutar mata "Sejak Lea mencampakkanku. Aku selalu gagal dalam kisah cinta dengan wanita. Jadi aku pikir... aku harus mencoba hal baru sekarang." kataku akhirnya. Aku harus memberi alasan apalagi? Damn you, Bram.

"Apapun yang terjadi dan siapapun kau, aku tetap menyayangimu Ry, kau tetap sahabatku. Aku menerimamu apa adanya" kata Jill memelukku. Matanya berkaca-kaca. Aku jadi merasa bersalah membohonginya. Harusnya aku tahu, selain suka ceplas-ceplos, Jill juga drama queen.

Di balik punggung Jill, kulihat Bram dan El menahan tawa. Kuacungkan jari tengah pada mereka.

****

"Pagi Grace" sapaku begitu memasuki toko. Dia sudah berdiri dibelakang meja kasir sambil tersenyum. Senyumnya pagi ini berbeda. Biasanya dia selalu tersenyum lebar, atau mengejekku bos pemalas karna selalu terlambat datang ke toko. Namun pagi ini dia hanya tersenyum. Senyum kecut yang dipaksakan.

Aku tidak ingin memperpanjangnya, jadi kubiarkan saja. Namun kulihat dia melamun sepanjang hari dan tidak bergabung bersama aku, Jill, Bram dan El pada jam makan siang.

"Ry" kata Jill tiba-tiba. Aku sedang membersihkan rak DVD ketika ia memanggilku.

"Ya?"

"Sejak kapan kau menyadari dirimu penyuka sesama?" katanya.

What?!?! Sudah kubilang, Jill pasti selalu membocorkan semua rahasia. Rahasia??? Bukann! Ini bukan rahasiakuuu! Sejak kapan aku mengakuinya?!?

"Aku..." aku tidak homo Gee. aku menyukaimu!!!! Aku mencari-cari kata yang pas untuk mengeles, tapi sayangnya gagal.

Aku tidak tahu ingin berkata apa. Ini semua karna Bram."Sebenarnya.... aku bukan homo Grace. Aku...." aku harus mengatakan semuanya pada Grace. Toh nanti malam aku juga akan mengatakannya. Apa bedanya?

"Ry.... harus kuakui, aku bahkan ga nyangka kalo seorang Ryan itu gay, tapi gaperlu malu Ry... Aku gamalu kok punya sahabat yang gay, terlebih lagi kayanya aku juga mengarah kesana..." potong Grace.

Gosh. Kok malah gini sih?!? Eh tadi Grace bilang apa? "Me... mengarah kesanaa?" tanyaku spontan. Mengarah ke penyuka sesama maksudnya?

Grace tampak terkejut. Kemudian dia memandangku dalam. Dan sebuah cerita mengalir dari bibirnya..

It Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang