Part VI. Serendipity

129 14 9
                                    

Summary: Dalam penantian Kagome yang tak berkesudahan, pria itu muncul. Ia selalu ada kala miko itu terpuruk. Waktu berlalu, kisah mereka pun tumbuh. Hingga suatu waktu, Kagome tak lagi meragu dan siap untuk membunuh rasa yang membumbung.

Genre : Drama/Romance

Pairing : Sesshoumaru/Kagome

Rate : T

Canon Divergence

...

..

.

Helaan napas dan uap melesat dari mulut Kagome yang sedikit terbuka. Ia menolehkan kepala pada deretan kereta besi yang perlahan berhenti dari arah kanan. Dengan kepala tertunduk, ia melintasi trotoar. Sesampainya di seberang jalan, ia melewati begitu saja orang yang menunggunya.

Kini, langkah Kagome diiringi pria bertubuh tegap. Gadis itu mengeratkan mantel cokelatnya dan melilitkan syal merah ke leher. Keluar dari perangai aslinya, si sulung Higurashi berkata pelan, "Apa sih sebenarnya masalahmu?"

Tidak ada jawaban. Melalui ekor mata, Kagome menangkap lirikan datar dari sosok yang ada di sisinya. "Oh, iya, aku lupa, kau terlahir sempurna, mana mungkin kau punya masalah. Satu-satunya orang yang memiliki masalah di sini adalah aku." Dengan lirih, ia menambahkan, "Dan kau tahu benar bahwa masalah terbesarku adalah kamu."

Walaupun pendengaran silumannya sangatlah sensitif, lelaki yang memakai kemeja putih berlapis setelan biru gelap dan long coat abu-abu itu tak serta-merta merespons. Ia hanya terus berjalan. Tiba-tiba, langkah gadis berusia dua puluh tiga tahun itu berhenti. Kagome mendongak, sudut-sudut bibirnya tertarik ke bawah untuk sesaat, sebelum ia memejamkan mata dan mengatur ekspresinya senormal mungkin. "Tolong," ucapnya lemah. "Tinggalkan saja aku sendiri."

Kaki pria berambut pendek berwarna hitam sebatas telinga itu ikut terhenti. Ia berpaling dan membalas, "Sesshoumaru ini telah berjanji dan akan menepati."

Jawaban itu sudah sangat dihafal oleh Kagome. Puluhan kali sudah ia mendengar hal tersebut dari Daiyoukai berusia ratusan abad itu. Ia pernah meminta pada Sesshoumaru untuk melupakan, mengabaikan, dan membatalkan ikrarnya. Akan tetapi, pria itu berkata bahwa hal itu tidaklah mungkin. Sebab, harga diri seorang pria sejati tak hanya terletak pada tindakan, tapi juga lisan.

Kagome membuka kembali indera penglihatannya. Ia menatap dengan penuh harap pada lawan bicaranya. Meski warna rambut, tanda bulan di dahi, dan dua garis magenta di pipi tertutup oleh mantra. Tetapi, garis muka dan ketampanan itu tetaplah ciri Sesshoumaru yang dikenalnya dari era feodal.

Perempuan itu memilih untuk kian menepi dari sisi jalan dan berhenti di depan taman yang sudah sepi. Langkahnya diikuti oleh Sesshoumaru.

Beberapa saat, Kagome berdiri diam sambil menatap ujung sepatu sebelum memandang lurus pria yang entah bagaimana selalu muncul kala asanya pupus sejak lima tahun lalu. "Kau akan menyanggupi permohonannya dan menjagaku sepanjang hidupmu."

Tidak ada reaksi, putra Inu no Taisho itu seakan tak mendengar.

Suara Kagome berat menahan tangis, "Sesshoumaru," ia mengambil jeda untuk memilah kata, "Sejak Naraku masih menyebarkan kejahatan di sengoku jidai, aku sangat menghargaimu sebagai sekutu, kawan, dan kakak dari laki-laki yang kucintai."

Penyandang Bakusaiga yang kini hidup membaur dengan manusia itu sibuk menerka maksud yang hendak diungkapkan oleh sang miko.

Gadis itu menelan ludah sebelum berkata, "Sebagai bagian kawanan yang kau lindungi, maukah kau melakukan sesuatu untukku?"

木漏れ日 (Komorebi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang