...
..
.
Setelah berkali-kali mengucapkan maaf dan terima kasih kepada dua petugas keamanan yang mengantar tamu spesial ke tempatnya, Kagome kembali bergelung di sofa, dan Jakotsu mengambil tempat di sisinya. Tubuhnya terlalu berat untuk menampilkan keriangan sedikit pun, keramahan sebagai tuan rumah pun seakan ikut terkuras. "Di kulkas ada teh bersoda favoritmu," tawar gadis itu asal lalu.
Tawaran diabaikan, pria itu malah memandangnya dengan tatapan yang menyelidik. Kemudian, dengan nada mengalun yang seperti merajuk, Jakotsu berucap, "Gome-chan, kau terlihat kacau."
Panggilan yang telah lama tak didengarnya membuat gadis itu tersenyum tipis. "Kau merindukanku?" Goda Kagome masih dengan mendung yang tersisa di wajahnya.
Tidak langsung menjawab, Jakotsu malah berceloteh panjang lebar tentang bagaimana sulitnya ia meyakinkan petugas keamanan untuk mengijinkannya masuk. Seperti apartemen mewah lainnya, sistem keamanan di gedung itu menggunakan sidik jari, lift yang berada di basement hanya dapat dipakai oleh penghuni apartemen. Sedangkan para tamu dan pengunjung yang bertandang sendiri harus melewati pejagaan lobi yang ketat.
"Sulit sekali untuk meyakinkan mereka." Jakotsu menyibak poninya ke belakang. "Memangnya di mana ponselmu?"
"Di laci."
"Kenapa tidak kau aktifkan?"
"Aku lupa."
"Bohong!"
Kagome tersenyum setengah hati, ia memejamkan mata dan melipat kedua tangan di atas perut. Jakotsu menghela napas, memalingkan wajah, dan memandang langit yang mulai gelap di luar jendela.
Saat Jakotsu sangka tak ada lagi kalimat yang 'kan terucap, ia mendengar gadis itu berkata, "Kau benar, aku bohong." Pria itu menoleh. Satu helaan napas berat dari si sulung Higurashi terdengar. "Apa kau mau tahu yang sejujurnya?" Tanya gadis itu tanpa membuka mata.
Hairdresser itu memandang safir biru kelabu yang kembali terbuka. "Iya, yang sejujurnya," nadanya sedikit menuntut.
Mereka saling bertatapan, beberapa puluh detik berlalu, Kagome bertutur, "Sejujurnya, aku tidak peduli."
Kedua mata Jakotsu sedikit melebar mendengar jawaban gadis yang sudah menjadi sahabatnya itu, "Pada apa pun?"
Kagome tak menjawab.
Keceriaan seakan memudar dari wajah pria kemayu itu. "Dugaan ibumu benar. Kau tidak baik-baik saja."
"Mama?" Bertepatan dengan satu kata yang terlontar dari mulutnya, Kagome bangkit dan menegakkan tubuh.
Jakotsu mengangguk. "Sudah dua malam kau tidak meneleponnya, ia sangat khawatir padamu. Jika ia tidak sedang merawat nenekmu aku yakin ia akan langsung ke sini."
Mendung di wajahnya kian menebal saat Kagome bergumam, "Baa-chan."
Pria gemulai itu menyilangkan kedua kakinya, meletakkan siku lengan kanan di atas salah satu lututnya, dan bertopang dagu. "Dan sekarang, apa yang harus ku katakan padanya?"
Kagome menggigit bibir bawahnya selagi mencari alasan masuk akal yang dapat menenangkan hati sang ibunda tercinta. "Katakan saja bahwa aku ..., a-aku ... " kalimatnya tak terselesaikan.
Tiba-tiba pria itu bangkit dari sofa, menjulurkan kedua tangan dengan telapak menghadap ke atas. "Ayo!"
"Apa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/217627670-288-k891977.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
木漏れ日 (Komorebi)
Fiksi PenggemarKumpulan One-Shot Kagome dan banyak male!karakter dari fandom Inuyasha. Di setiap bab ceritanya akan berdiri sendiri. Alternate-Universe and Canon Universe. Ratings dan genre juga bermacam-macam, beberapa fluffy, ada yang angsty, and some lemony (ma...