bait tujuh

48 18 2
                                    

aku menatap nanar ke arah tangan haris yang menarik lenganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku menatap nanar ke arah tangan haris yang menarik lenganku. tidak kasar dan tidak lembut juga, ini biasa bahkan terlampau biasa. tapi dari genggamannya, aku merasakan kalau ini adalah kali terkahir pertrmuan kami sebagai sahabat.

entahlah, rasanya campur aduk. sedih, tidak menyangkan dan marah seakan beradu untuk menelusuri benak kemudian bersarang di hatiku. bahkan, buku novel dan cup americano dingin milikku di dekat pohon ketepeng tempatku berteduh tadi sudah tidak kupedulikan hanya karena haris.

"ris, bisa jelasin sekarang? nggak usah bawa gue jauh-jauh kalau niatnya cuman mau selesain semua ini," gerutuku sedikit muak.

"karena gue mau selesain semuanya gue mau ngasih sesuatu yang paling berkesan buat lo."

hanya itu, bahkan haris mengatakannya tanpa menoleh. sebulan tidak bertemu, perubahannya kelewat drastis. aku sampai sempat mengira kalau haris diguna-guna oleh raya.

tapi, mana mungkin.

"sumpah, ris. gue mau nyelesainnya pake cara baik-baik," mohonku lagi.

haris diam. dia baru berhenti melangkah saat kami sudah tepat berada di tengah lapangan sepak bola milik universitas.

"apa lo bilang? pake cara baik-baik?" haris tertawa sarkas membuatku sedikit merasa kalau ini benar-benar bukan haris yang kukenal. "lo ngebentak raya di depan mahasiswa kampus tadi lo bilang pake cara baik-baik. otak lo dipake dong, jangan cuma dijadiin pajangan. percuma!"

"lo berubah ya?"

"berubah karena tiba-tiba gue pacaran sama raya?"

"semuanya, gue bingung mau jelasinnya gimana ...."

"denger ya kazoa widyaningtyas, gue pacaran sama raya udah dari sebelum kita kenal. jadi, lo jangan salahin raya, seharusnya lo intropeksi diri, goblok!"

haris yang kukenal tidak pernah kasar dengan makhluk semesta bergender wanita. tapi ini? aku bahkan tidak sepenuhnya percaya kalau apa yang dibilang haris adalah kenyataan.

"bajingan lo! lo ngebaperin gue selama ini cuman sebagai pelampiasan? bangsat lo kelewatan!"

"ya udah sih, itu urusan lo. lagian mana pernah gue ngebaperin lo, mimpi lo ketinggian."

katakan ini adalah mimpi semata.

katakan ini adalah mimpi semata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] hujan malam✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang