bait dua

112 25 4
                                    

“zoa!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“zoa!”

suara cempreng milik haris memang terdengar lebih berisik dari pada suara tika. tapi, alih-alih membuatku mengomel, suara itu malah membuat senam jantungku kembali bermula.

iya kan? selain hujan malam seminggu yang lalu, haris juga sama sialannya.

“iya kenapa?”

“jalan-jalan yuk.”

“kemarin kan udah,” kilahku berbasa-basi. “emang lo masih punya uang buat traktir gue?”

“gue biayain makan minum lo selama setahun juga duit gue nggak bakal habis. duit gue masih ada, unlimited bro," angkuhnya.

sombong? salah satu kepribadiannya, cool tapi rada slengean dan kadang gayanya sok holkay.

“hilih, sombong banget.”

dia cuek, malah merangkulku sambil tertawa pelan.

“ikut nggak nih? bosen di rumah.”

aku menggeleng. “kemarin juga bilangnya bosan, kapan nggak dosennya?”

“tunggu lo jadi bagian dari keluarga kalfaharis, baru gue nggak pernah bosen di rumah,” candanya.

dari pada candaan, ucapan haris lebih terlihat seperti gombalan. hey! di sini ada hati yang lagi-lagi dibuat tidak karuan oleh pemuda kalfaharis di sampingku ini.

“canda doang, zo. gitu aja baper. biasa mah sama gue, jarang-jarang gue baperin cewek. sejauh ini cuman lo yang berani gue baperin.”

lihat kan? sialannya melebihi sialannya si buaya naktajaya.

“andai lo buluk, gue tendang juga lo sekarang.”

“gue ganteng jadi nggak ditendang, ye kan?”

“nyebelin kampret!” cetusku dengan rasa dongkol yang menggumpal di dalam benak.

“kampret-kampret gini lo sayang, kan?"

sudah sialan, kampret pula. paket lengkap memang pemuda kalfaharis satu ini— idamannya cewek-cewek zaman sekarang termasuk aku.

“mulai deh bacotnya, seminggu kenal lo udah kurang ajar banget, ris.”

“karna kita temen, kalau kita orang asing gue nggak akan seberani ini,” sanggahnya peduli-peduli-cuek bebek.

aku mempercepat langkah meninggalkan haris yang masih santai. bahkan, rasa bersalah pun tidak ada di bingkai wajahnya saat ini.

kukira, dia akan mengejar. eh nyatanya, saat aku berbalik dari ujung koridor, jauh di belakang sana, haris sedang asik mengobrol dengan raya.

astaga! jangan bilang kalah haris tertular virus buaya dari pemuda naktajaya. jangan sampai pokoknya!

 jangan sampai pokoknya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] hujan malam✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang