|cendana kalfaharis|
|kazoa widyaningtyas|
.
.
.sebenarnya, bukan inginku terjebak di tengah-tengah hujan malam yang dinginnya bahkan menusuk sampai ke tulang. apalagi sampai lupa membawa jaket dan payung.
sial, itu yang selalu terlintas di benakku saat ini.
niatku hanya ingin menikmati hujan rintik yang berangsur-angsur reda untuk menunggu bulan kembali terlihat di langit malam. alih-alih reda, rintik hujan itu malah semakin menderas.
dan ya, aku terjebak di halte bus ini seorang diri.
semenit, dua menit, lima menit hingga sepuluh menit kemudian, aku masih tetap seorang diri dengan volume hujan yang belum juga mereda.
sampai di menit ke lima belas, saat aku sudah mulai muak dan memutuskan untuk menerobos hujan agar cepat pulang dengan resiko basah kuyup serta kedinginan, suara seseorang membuat niatku urung.
“udah, duduk aja di sini. gue nggak bakal ganggu.”
aku menoleh, perlahan dengan jantung berdegup kencang. siapa tahu kalau orang itu adalah om-om podo yang sering berkeliaran saat malam.
ah ... nyatanya tidak, dia pria seumuranku.
“kita kenal?”
“gue haris.”
“gue zoa.”
“nah, sekarang udah kenal. kita resmi temenan,” serunya membuatku terpaku sebentar.
“o-oh.”
aku kembali duduk di kursi tunggu halte bus. tidak duduk di samping haris, aku duduk di ujung sisi kanan halte bus.
aku memperhatikan wajahnya sebentar kemudian memalingkan tatapan ke arah lain saat dia melirikku. astaga, aku ketahuan!
“liatin aja muka gue, gue tau kok kalau gue ganteng.”
boleh tidak, aku kabur dari halte bus ini? ucapannya membuatku malu sekaligus berdebar.
“nggak usah baper, gue nggak bakal tanggung jawab soalnya.”
selain hujan malam, ternyata pria itu juga sialan.
.
.
.—hujan malam pengukir rasa
salam warga jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] hujan malam✔
Fanfictionseharusnya, malam itu aku tidak pernah pergi hanya untuk menikmati hujan kalau akhirnya aku akan bertemu denganmu. 2020 ; kanvasrasa