PROLOG

65 33 12
                                    

Gelap, sudah berapa kegelapan yang kulalui.
Semua seakan memaksaku memyerah.
Namun, kurasa itu bukan keputusan.
Masih banyak hal yang mengharuskanku berjuang.
Tak peduli sepedih apapun itu penderitaan yang akan kulawan. Akan kuhadapi semua itu.
Senyum itu alasannya.
Janji itu, akan kulindungi semua itu.
Bahkan jika harus dengan nyawaku

Sontak terngiang-ngiang ditelingaku.
Suara lembut yang begitu ku hafal.

"Kamu tidak sendiri, aku dan yang lainnya ada disini, walau aku tak sekuat dirimu, tapi aku akan selalu ada untukmu, akan selalu ada untukmu, Furqon, "

***

Aku dapat merasakan suasana yang semakin mencekam. Dihadapanku seoarang pria yang dulu sangat ku kagumi nampak menatapku tajam. Kedua bola matanya merah, ya aku tau itu adalah lensa kontak mata yang sudah ia kenakan sejak hari itu.

Di belakangku, adikku perempuanku, Risya sedang membopong Nihayah yang nampak sangat lemas.

"Risya, pergilah dengan Nihayah! Biar aku yang mengurus ini! " perintahku pada Risya.

"Tapi... " Risya nampak ragu.

"Jangan khawatir, aku akan menyelesaikannya, " kataku.

Risya terdiam sesaat, sementara Nihayah hanya bisa diam, ia benar-benar lemas. Sekilas kulihat wajah cantik Nihayah yang kini nampak pucat. Aku bisa menebak jika ia masih kuat ia pasti akan melarangku, aku sudah hafal sifatnya, selalu mengkhawatirkanku padahal dirinyalah yang harus lebih dikhawatirkan.

"Pergilah!!! " kataku kini lebih tegas.

"Berjanjilah untuk kembali, " kata Risya sambil menmbakan tali dari kedua manuver gear di tangannya. Ia lalu pergi keluar dari bangunan ini sambil membawa Nihayah. Sekilas kulihat ia menangis!

"Drama yang menyenangkan, " pria di depanku mengoceh.

Aku kembali memusatkan perhatian pada orang ini.

"Altar, aku akan akhiri semua ini, jika memang kau tidak bisa berubah lagi, aku akan menghabisimu, " kataku.

Orang itu nampak tersenyum licik padaku.

"Kau sudah mulai lancang tak memanggilku dengan kata Kakak lagi ya, tapi baiklah, kita liat seberapa kuat dirimu sekarang, " kata Altar dengan nada yang terdengar penuh kebencian.

Aku menarik nafas, lalu kami berdua sama-sama menarik pedang yang sedari tadi kami sandang di punggung masing-masing. Aku mulai memasang kuda-kuda begitu juga dengan Atlar. Sedetik kemudian secara serentak kami maju menerjang. Kami sama-sama mengayunkan pedang ke arah depan.

"TING!!! "

Kedua bilah pedang kami beradu. Kami juga beradu tatapan.

"Akan ku akhiri ini, semua ini! " kataku.

"Coba saja, " balas Altar.

Ya, aku memang berniat menyelesaikan semua ini. Semua yang telah terjadi. Kejadian yang merubah hidupku. Dan juga membuatku lebih mengerti tentang arti perdamaian. Kejadian yang dimulai 7 tahun yang lalu. Ya,7 tahun yang lalu. Saat cerita ini dimulai.

Semua dimulai dari 7 tahun yang lalu...

Furqon : Sword ExpertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang